Kendari (PARADE.ID)- Tepat pada tanggal 10 Nopember nanti, bangsa Indonesia akan memperingati Hari Pahlawan. Hampir setiap tahun masyarakat atau pejabat Negara ikut merayakan sebagai bentuk hormat kepada para pahlawan.
Namun, mungkin banyak yang belum tahu mengapa pada tanggal tersebut ada salah satu rangkaiannya, yakni Hari Mengheningkan Cipta untuk mengingat para pahlawan.
Perlu kita pahami. Bahwa Momentum tersebut menurut saya tentunya bukan hanya sekadar hadiah bagi kita saja, melainkan juga untuk mengenang jasa para pahalawan yang sudah rela mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Maka dari itu kita semua wajib menundukkan kepala Mengheningkan Cipta untuk mengenang jasa-jasa mereka di Hari Pahlawan setiap pertanggal 10 Nopember.
Momen 10 November ini dilatarbelakangi dengan pertempuran yang terjadi di Kota Surabaya. Saat itu pertempuran terbesar dalam sejarah revolusi Nasional Indonesia dan akhirnya menjadi simbol perjuangan pahlawan Indonesia terhadap aksi kolonialisme.
Akhirnya, Pemerintah Indonesia pada tanggal 31 Agustus 1945 mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera Merah Putih harus dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia. Aksi pengibaran bendera sang saka merah putih pun sampai ke seluruh pelosok di kota Surabaya.
Maka kita mestinya melakukan hal tersebut, karena saya merasa lebih mengenang Hari Pahlawan dari Hari Kemerdekaan, karena tanpa mereka hari ini kita belum merdeka.
Aksi heroik pengibaran bendera di Surabaya tersebut terjadi saat pejuang beraksi melakukan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, dan menggantinya dengan Merah Putih. Peristiwa ini banyak diabadikan dalam buku-buku sejarah Nasional.
Hingga sekarang, peristiwa pertempuran Surabaya itu diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peringatan tersebut tidak juga hanya sekadar untuk mengajak seluruh rakyat Indonesia mengingat peristiwa heroik arek-arek Surabaya, melainkan juga merenungi kembali pengorbanan mereka kepada Tanah Air yang mereka cintai.
Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda hanya bentrokan-bentrokan kecil saja.
Namun bentrokan-bentrokan senjata di Surabaya memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. Pada tanggal 10 November 1945 subuh pasukan Inggris melakukan aksi yang di sebut Ricklef sebagai “pembersihan berdarah” di suluruh sudut kota.
Serangan mengerikan itu dibalas dengan pertahanan rakyat yang galang oleh ribuan warga kota. Daripada mengikuti ultimatum meletakan senjata dan meninggalkan kota, arek Surabaya justru memilih tetap bertahan meskipun konsekuensi pilihan tersebut berarti adalah jatuhnya korban jiwa. Begitu komitmennya mereka untuk bangsa.
Pihak Inggris dalam waktu tiga hari telah berhasil merebut kota. Akan tetapi, pertempuran baru benar-benar reda setelah tiga Minggu. Hal ini menandakan betapa gigihnya perlawanan arek Surabaya. Dari pertempuran itu, 6000 rakyat Indonesia gugur dan ribuan lainnya meninggalkan kota.
Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya kala itu. akan tetapi tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman.
Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, para pahlawan telah mengorbankan nyawanya.
Oleh karena itu, mari kita tiru semangat juang para pahlawan yang telah gugur dengan berkontrobusi terhadap setiap perkembangan bangsa Indonesia.
Selamat Hari Pahlawan.
*Kader PMII Kendari, Muh Rifky Syaiful Rasyid