Site icon Parade.id

Hentikan Pendudukan ‘Israel’ di Palestina

Foto: dok. istimewa

Jakarta (parade.id)– Penyelesaian bencana kemanusiaan di Gaza masih jauh dari harapan. Selain terus menggempur wilayah Palestina di Gaza, militer Zionis Israel juga diduga kuat telah melakukan praktik genosida atas rakyat Palestina.

Entitas Zionis Israel hingga kini bahkan mengabaikan seruan Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan kemungkinan terjadinya genosida atas rakyat Palestina. Maka komunitas internasional, termasuk Indonesia, diminta tidak berhenti berupaya untuk menempuh berbagai mekanisme yang ada untuk menghentikan bencana kemanusiaan itu. Demikian seruan sejumlah akademisi Indonesia dalam forum diskusi “Gaza in Focus: CAAI’s Academic Discourse.” Acara tersebut, yang diselenggarakan Asosiasi Alumni Chevening Indonesia (CAAI), berlangsung di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada Sabtu 2 Maret 2024.

Nadhila Renaldi, Presiden CAAI, mengatakan meskipun telah berlangsung berbulan-bulan, penyelesaian bencana kemanusiaan ini masih jauh dari harapan, dengan gempuran serangan yang terus berlangsung kepada rakyat Palestina.

“Sejak serangan dari Israel dilakukan pada rakyat Palestina pada bulan Oktober lalu, jumlah korban tewas warga sipil Palestina sudah melampaui 30.000 jiwa termasuk di dalamnya berasal dari kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, dan ibu hamil. Selain itu, salah satu alumni penerima beasiswa Chevening, Maisara al Rayyes juga turut menjadi korban.

Dia terbunuh bersama keluarganya dalam sebuah serangan roket Zionis Israel yang meluluhlantakkan kediaman mereka. Sebagai masyarakat global yang turut menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kami berharap diskusi ini dapat menjadi forum bertukar pikiran guna memahami permasalahan dari sudut pandang akademik,” ujar Nadhila.

Bioantika, selaku Head of Knowledge Bank CAAI, juga menyampaikan bahwa diskusi tersebut merupakan tindak lanjut dari inisiatif yang dilakukan CAAI sejak bulan November lalu. Saat itu CAAI turut menyerukan gencatan senjata serta bekerjasama dengan ICRC dan PMI untuk menyalurkan bantuan kepada rakyat Palestina melalui donasi alumni dan publik.

Nanda Avalist, PhD Candidate dari Curtin University, menyampaikan bahwa proses yang saat ini berjalan di ICJ adalah representasi dari aspirasi masyarakat dunia untuk menyuarakan urgensi penegakan norma dan moral yang didorong oleh mayoritas negara anggota PBB, atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh Israel.

“Menteri Luar Negeri RI sudah menyatakan bahwa kita telah berdiri di sisi yang benar dalam sejarah. Kita mendukung kemanusiaan, norma, dan moral yang berlaku pada tataran global. Terkait dengan proses yang berjalan di ICJ, meskipun ICJ tidak diminta untuk menciptakan solusi bagi krisis berkepanjangan yang telah mendekati satu abad lamanya, namun ICJ memiliki yurisdiksi untuk menerbitkan advisory opinion sebagai legal-ruling yang menciptakan clarity dalam memandu upaya-upaya resolusi konflik selanjutnya, guna mengakhiri pendudukan dan penderitaan Bangsa Palestina” ujar Nanda.

Diah Kusumaningrum, pengamat dan dosen hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada menyatakan bahwa apa yang berlangsung saat ini sudah tidak tepat jika dibingkai sebagai “konflik.”

Penting bahwa narasi di media arus utama juga melihat apa yang terjadi di Palestina sebagai perlawanan terhadap okupasi yang telah berlangsung sangat lama.

“Yang terjadi di Palestina saat ini adalah bagian dari sejarah yang sangat panjang untuk keluar dari penjajahan. Perjuangan nirkekerasan dari masyarakat Palestina sudah berjalan sangat lama, seperti aksi mogok, demonstrasi dan lainnya.” ujarnya.

Israel mengontrol penuh wilayah udara, perbatasan darat, dan perairan Palestina di Gaza, membatasi pergerakan barang dan orang, sehingga memicu bencana kemanusiaan. Penduduk Palestina di Gaza dipaksa hidup dalam kondisi yang semakin buruk, terutama sejak Oktober 2023, lanjut Diah.

Sayangnya, negara-negara sekutu Israel juga masih belum maksimal dalam menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza. AS, misalnya, berkali-kali memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, untuk mencegah lebih banyak pembunuhan dan penderitaan massal di Palestina.

Dayu Nirma Amurwanty, pengamat hubungan internasional dari BINUS University, menyatakan bahwa sejak 7 Oktober 2023, Israel sebenarnya telah melakukan serangan dengan skala besar. Sejak itu pula, sudah terdapat beberapa resolusi untuk menghentikan serangan tersebut (ceasefire) di PBB, namun digagalkan oleh veto di Dewan Keamanan PBB.

“Perlu digarisbawahi akan pentingnya ceasefire tersebut, karena saat ini tidak ada satu orang pun yang aman. Bahkan hampir 200 orang yang merupakan humanitarian assistance PBB pun terbunuh pada kejadian tersebut. Yang diperjuangkan oleh negara seperti Afrika Selatan di ICJ tentunya adalah untuk menghentikan kekerasan yang terjadi dan setiap negara di tataran global perlu untuk ambil andil untuk menghentikannya.” kata Dayu.

Sedangkan Prof. Poppy Sulistyaning Winanti, pakar hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada yang memandu diskusi, menyatakan pada akhir sesi bahwa diskusi yang telah berjalan diharapkan dapat membuka mata kita untuk berpikir ulang tentang apa yang kita bisa lakukan sebagai individu. Diskusi ini juga menjadi salah satu upaya dari akademisi untuk turut berkontribusi dalam memahami isu yang kompleks dari perspektif global.

“Ingatlah bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, dapat berkontribusi pada perdamaian dan perlindungan hak asasi manusia. Semoga bencana kemanusiaan di Gaza dapat segera diakhiri dan perdamaian dapat tercapai,” ujar Poppy.

CAAI adalah perkumpulan warga Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan magister atau S2 di Inggris dengan bea siswa Chevening yang disediakan pemerintah Britania Raya sejak tahun 1983. Hingga kini sudah hampir sebanyak 2,000 warga Indonesia yang menerima beasiswa Chevening.

Dalam talkshow tersebut, mahasiswa juga turut aktif berpartisipasi mengajukan pertanyaan kepada narasumber untuk menggali pengalaman dan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran real mengenai industri penyiaran langsung dari pakarnya. *

Exit mobile version