Jakarta (parade.id)- Aksi Gerakan Bersama Rakyat (GEBRAK) tolak Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) 27 Juni 2024, di dekat patung kuda Arjuna Wiwaha, Jakarya Pusat, dihadiri ratusan massa dari berbagai elemen/organisasi buruh, mahasiswa, pelajar, jurnalis, dan lainnya.
Para pimpinan atau perwakilan elemen/organisasi memberikan orasinya—yang intinya menolak Tapera dengan mencabutnya, bukan menundanya.
KASBI, salah satu organisasi buruh yang tergabung dalam GEBRAK, lewat Ketum Sunar mengungkapkan bahwa penolak Tapera bukan hanya dari kalangan buruh saja, melainkan juga dari ASN, TNI, dan Polri. Sebab itu, tepat menurutnya buruh Indonesia menolaknya.
Menurut Sunar, Tapera bertentangan dengan UUD 45. Ia menyinggung upah buruh yang diambil dalam pengadaan rumah untuk rakyat. Bukan oleh negara.
“Padahal, potongan dari kaum buruh sudah banyak. Seperti ada dari BPJS Kesehatan (1%), BPJS Ketenagakerjaan (2%—ada untuk perumahan), jaminan pensiun (1%), belum lagi PPH 21, dan lainnya,” orasi Sunar.
Selain itu, Sunar menyinggung tentang rasa ketidakpercayaan buruh atas penyimpanan dana dari Tapera. Sebab menurut dia, tidak ada yang bisa mempertanggungjawabkan dana-dana buruh, seperti kasus-kasus Asabri, Jiwasraya, Taspen.
“Kita tidak percaya. Uang Tapera juga boleh jadi akan dikumpulkan untuk investasi,” kata Sunar.
Bahkan Sunar menduga bahwa pengumpulan uang buruh hanya akal-akalan karena itu paling mudah dikumpulkan oleh pemerintah, seperti pajak kendaraan.
“Belanja di minimarket saja ada pajaknya. Itu program paling mudah pemerintah: mengumpulkan dana dari rakyat,” sindirnya.
Sunar mengajak massa untuk benar-benar serius untuk terus menolak Tapera ini.
Aksi GEBRAK ini, kata Sunar, bukanlah akhir. Akan ada massa aksi lagi. Sebelum itu akan dilakukak konsolidasi lebih mendalam.
(Rob/parade.id)