Jakarta (PARADE.ID)- Politisi Gelora Fahri Hamzah menilai sikap para pembantu Presiden Jokowi dalam melihat oposisi dan suara-suara kritis masih memakai kacamata pra-reformasi dan pra-demokrasi. Padahal Presiden menurut dia sudah berkali mengatakan bahwa sikap kritis tak menghalangi kita untuk bersahabat.
“Jangan2 banyak anggota kabinet yg punya agenda pribadi,” kata dia, Jumat (2/10/2020), di akun Twitter-nya.
Menurut dia, pengritik bukan sekedar teman baik pemerintah, bahkan teman sejati. Dalam negara demokrasi, bahkan keberadaan oposisi adalah syarat bagi demokrasi itu sendiri.
Tapi pemerintah menurutnya selalu tampak mengirim sinyal ganda. Gamang di depan corona, gamang juga di depan oposisi.
“Waktu memberikan bintang mahaputra ke @fadlizon dan saya, presiden bilang bahwa kritik adalah perbedaan dan tidak menghalangi kita berteman, beliau bilang, ‘pak fadli zon dan pak fahri hamzah teman baik saya…’ Jadi kata pak @jokowi pengritik itu teman baik.”
Menurut mantan Anggota DPR RI ini, pemerintah seharusnya bisa mempersatukan bangsa kita menghadapi pandemi ini. Setelah krisis kesehatan ini, kita menghadapi resesi. Kalau kita tidak bersatu maka kita akan menjadi korban krisis ini. Kita semua sedang menghadapi bencana besar.
Kenapa kita memilih jadi korban? Sementara itu, sinyal kepercayaan diri pemerintah bahkan negara nampak dari sikap tenang menghadapi oposisi dan perbedaan pendapat. Semakin tenang ia nampak makin besar dan gagah kuasa. Semakin panik maka ia nampak makin kecil dan lemah.”
Fahri sangat berharap para pemimpin harus memahami situasi. Lalu dengan cara yang arif memimpin sebuah orkestra rekonsiliasi. Ini sama sekali berarti orang tidak boleh kritik dan berpendapat. Tapi suara negara dan pemerintah harus menjadi kiblat bagi sikap positif bersama.
“Semoga saran sederhana dimengerti. Karena ini adalah ide yang sangat elementer. Tapi jika ini saja sulit dipahami ya gapapa. Kita hanya perlu bersabar. Sampai batas kesabaran masih ada. Dan sampai pemerintah masih sanggup bertahan.”
(Robi/PARADE.ID)