Jakarta (PARADE.ID)- Mantan Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh merasakan bahwa belakangan ini atau beberapa waktu terakhir ada Segitiga Bermuda politik. Dan ia menilai bahwa Segita Bermuda politik ini sangat berbahaya, karena adanya aneksasi dan normalisasi yang dilakukan oleh Israel, yang tentunya menurut dia ini sangat mempersulit kita di Palestina.
Selain itu, Haniyeh melihat bahwa mereka (Israel) seperti ingin menghapuskan permasalahan Palestina dari perpolitikan dunia. Setidaknya aneksasi dan normalisasi yang dilakukan oleh mereka membuat kita seakan-akan tidak bisa lagi memperjuangkan Palestina.
“Kemudian mereka berusaha untuk melakukan koalisi dengan negara-negara di sekitar Palestina untuk menguasainya, agar seakan-akan tidak ada perlawanan terhadap Zionisme dari kawasan tetangga. Dan ini sesungguhnya masalah berat yang membuat kita harus memiliki strategi bagaimana merespon normalisasi yang dilakukan oleh mereka,” demikian sampainya, Sabtu (7/11/2020) malam, dalam acara Konferensi Internasional Al-Aqsa secara virtual.
Respon kita adalah, lanjut dia, hendaknya menyatukan bangsa Palsestina dan menguasai seluruh sarana kekuatan untuk menghadapi penjajahan, dan strategi untuk menghapuskan masalah Palestina ini. Dan kita dari Palestina telah bersatu menyatukan langkah, kekuatan untuk melawan penjajahan ini dan normalisasi yang dilakukan. Ia pun berharap semoga bisa menyelesaikannya.
“Kami adalah bangsa yang tidak mungkin bisa merdeka kecuali dengan perlawanan yang sangat kuat. Maka dari itu kami bersikap sangat tegas terhadap mereka yang menjajah kami baik yang di Gaza, Alquds, dan wilayah Palestina lainnya,” tambahnya.
Selain itu, Haniya akan membangun hubungan yang baik dengan negara tetangga, yang dengan bersama-sama dengan tetangga, dan umat Islam bahwa kita akan mampu melawan penjajahan ini.
“Mereka semua melakukan perlawanan dan tidak berdiam diri. Mereka mempertahankan identitas mereka. Bahkan mereka melakukan demonstrasi, mereka melakukan proses untuk memerdekakan Masjidil Aqsa,” sambungnya yakin.
Haniyeh menyebut tdak hanya kekuatan yang akan dibangun di kawasan, tapi juga kekuatan yang dibangun secara internasional. Kita, kata dia, semua harus bersatu seluruh umat Islam di dunia untuk melawan penjajahan ini.
“Kita harus melawan segitiga bermuda politik yang ingin menghapuskan perjuangan Palestina ini,” tegasnya.
Strategi yang Bisa Dilakukan dari Konferensi Ini?
Pertama, kata dia, kita menginginkan pindah dari strategi hanya bertahan menuju strategi kolaborasi. Bagaimana kita menghadapi usaha-usaha untuk menghapus perjuangan ini kita harus melakukan kolaborasi menyeluruh.
Hendaknya kita juga berkolaborasi dengan harta yang kita miliki. Baik itu dari kalangan Arab maupun umat Islam seluruh dunia. Hendaknya juga, kata dia, kita menguatkan semangat juang. Hendaknya pula kita menutup seluruh permusuhan yang ada di internal umat Islam dan kita pindah dari masalah internal ke masalah eksternal yang lebih besar yaitu masalah kita dengan penjajah Zionis, karena mereka melakukan berbagai upaya di kawasan untuk membuat kekacauan.
“Hendaknya kita meneriakkan suara kita dengan semangat yang besar dan hendaknya kita melakukan kolaborasi yang terus bergulir,” sarannya.
Konferensi ini, kata dia, telah mencerminkan kepedulian kita untuk memenangkan permasalahan ini. Karena umat memiliki kaitan yang sangat banyak. Pertama akidah, keamanan nasional, keamanan keumatan, persoalan strategis baik bangsa Arab maupun Palestina. Dan ini adalah permasalah utama bukan sampingan saja.
Konferensi ini menurutnya juga menunjukkan semangat umat Islam yang sangat besar untuk bisa berbicara lebih banyak tentang isu ini dan mencerminkan kekuatan unuk mmebela tanah suci umat Islam.
(Robi/PARADE.ID)