Jakarta (parade.id)- Politisi Demokrat Rachland Nashidik mengaku memiliki pengalaman dengan Sandiaga Salahuddin Uno saat menuju pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Dimana menurut Rachland saat itu partai-partai sedang aktif mencari kawan koalisi.
“Siapa khianati Prabowo? Sandiaga Uno pasti jauh dari label itu. Bagaimanapun, ia berada di sebelah Pak Prabowo pada pilpres 2019. Pembaca bisa menilai sendiri,” ia mengawali ceritanya, Sabtu (11/2/2023).
Sore (ketika) itu, Rachland mengaku menghadiri pertemuan tertutup di sebuah hotel di Jakarta Selatan. Ia tidak sendirian. Begitu juga mereka yang mengaku mewakili Sandiaga. Ini, kata Rachland, beberapa bulan menuju pendaftaran Capres-Cawapres, jadi harusnya masih di tahun 2018. Pilpres berlangsung pada April 2019.
“Isyu penting yang disampaikan dalam pertemuan adalah niat dan upaya Sandiaga menjadi Calon Presiden dari Partai Gerindra. Wah. Tentu ini info yang dahsyat. Bukankah komunike resmi partai selalu mengumandangkan Pak Prabowo sebagai Calon Presiden? Apa ini? Internal power struggle?” ia melanjutkan, seperti tertulis di akun Twitter-nya.
“Kami tentu tak mau terlibat dalam gejolak internal Partai lain, bila benar ada. Kami hormati kedaulatan partai itu sendiri untuk menyelesaikan. Lagi pula, Sandiaga mau dongkel Prabowo? Wow. Kalau pun benar, purnawirawan Letnan Jenderal TNI Prabowo pasti tak akan tinggal diam,” ia melanjutkannya.
Saat itu, ia mengaku ada perasaan tak enak pada hati (kami) saat ditanyakan kemungkinan dukungan pada rencana Sandiaga. Tentu saja, bekerjasama dengan Partai Gerindra selamanya akan disambut gembira.
“Tapi sampai ada keputusan resmi kepada siapa mandat partai diberikan, lebih baik kami pasif saja,” kata dia.
Pertemuan selanjutnya mungkin satu atau dua bulan kemudian, kata Rachland. Sandiaga saat itu datang sendirian ke pertemuan makan malam.
“Kami duduk berempat. Tapi pertemuan berakhir cepat. Sandi minta cerita lama dikubur. ‘Pak Prabowo sangat kuat. Apalagi setelah mendapat dukungan Pak SBY’,” ia mengutip ucapan Sandi.
“Kita tahu apa kemudian terjadi. Partai Gerindra mengusung Prabowo Calon Presiden. Adapun Sandiaga: ia jadi Calon Wakil Presiden. Kok bisa? Padahal, mereka berdua kader dari partai yang sama. Kenapa partai anggota koalisi rela lepas haknya? Cuma Sandiaga yang tahu resepnya,” katanya melanjutkan.
Prabowo sendiri kata Rachland menulis surat yang panjang pada SBY, menjelaskan alasan-alasan pribadinya mengapa ia terpaksa memilih Sandiaga. SBY pun sampai hari ini menyimpan surat tersebut.
“Adapun Demokrat: pada pemilu 2019 bertahan dalam koalisi partai pengusung Prabowo-Sandi. End,” katanya.
(Rob/parade.id)