Jakarta (PARADE.ID)- Tom Tom Traffic Index terbaru menyebut Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini, Jakarta berada di posisi ke 31 dari total 416 kota lain. Wow keren.., ini berarti kemacetan semakin berkurang.
Informasi Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia disebarluaskan sejumlah akun Instagram (IG), antara lain @kebijakan.anies, Ahad (27/1/2021).
Di bawah unggahan satu foto dan satu infografik, admin akun IG tersebut menjelaskan tingkat kemacetan Jakarta saat ini berada di persentase 36 persen. Tingkat kemacetan di Ibu Kota semakin menurun sejak 2017.
Pada tahun 2017, lanjutnya Jakarta berada di posisi keempat kota paling macet di dunia dengan persentase kemacetan 61 persen. Pada 2018 kemacetan Jakarta menurut di angka 54 persen dan menduduki posisi ketujuh kota paling macet di dunia.
“Pada 2019 Jakarta berada di posisi kesepuluh dengan angka 53 persen sebagai kota paling macet di dunia. Kemudian, pada 2020 Jakarta keluar dari predikat kota paling macet dengan menduduki posisi ke 31,” terang adminnya.
Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta Gumilar Ekalaya kepada Parade.id. mengatakan predikat terkini Jakarta tersebut akan berdampak mencerahkan wajah pariwisatanya, khususnya wisata keliling kota atau city tour.
“Yaa alhamdulillah Jakarta sudah tidak masuk dalam daftar 10 kota termacet di dunia. Tentu hal ini menjadi angin segar bagi pengelola destinasi pariwisata Jakarta,’ ujarnya.
Menurut Gumilar saat ini Jakarta sedang mengembangkan city tour, berkeliling kota Jakarta mengunjungi sejumlah destinasi wisatanya.
“Salah satunya kita akan mengembangkan bis hop on hop off. Dimana wisatawan dapat berkeliling Jakarta sambil menikmati udara terbuka,’ terang Gumilar.
Prestasi Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia, pun disambut positif Revalino Tobing selaku Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DKI Jakarta.
“Semoga berwisata di Kota Jakarta jadi semakin nyaman,” ungkapnya seraya memohon agar kantung parkir di setiap tujuan wisata lebih diatur lagi supaya lebih tertib, aman, dan nyaman.
Terkait parkir, lanjutnya kalau memang ada aturan yang jelas itu bukan masalah asal memang sesuai aturan.
“Aksesnya pun harus nyaman, juga tanpa PKL dan pengamen yang memaksa masuk ke dalam bus wisata. Semoga semua bisa ENJOY JAKARTA,” harapnya.
Menurut Revalino selama ini andalan city tour Jakarta masih Monas, sejumlah museum, dan TMII. “Objek baru dan kekinian belum masuk dalam acara perjalanan karena jadinya di masa pandemi,” ungkapnya.
(Adji Kembara/PARADE.ID)