Jakarta (PARADE.ID)- Ucapan Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas tentang Kemenag bukan “hadiah” kepada umat Islam pada umumnya, tetapi hadiah khusus untuk NU dikomentari oleh Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) Prof Yusril Ihza Mahendra. Menurut Yusril, ucapan Menag Yaqut itu hanya bikin gaduh saja.
Ucapan seperti itu dikatakan oleh Yusril juga tidak ada manfaatnya bagi kemaslahatan umat Islam dari ormas mana pun juga.
“Kalau kita gunakan istilah zaman Orde Baru dulu, ucapan Menag itu dapat mengganggu kerukunan internal umat beragama. Padahal salah satu tugas Kementerian Agama adalah menjaga dan memelihara kerukunan internal dan antar umat beragama,” katanya, Senin (25/10/2021).
Bagi dirinya yang mempelajari hukum tatanegara dan sejarah ketatanegaraan RI, keberadaan Kementerian Agama itu bukanlah “hadiah” dari siapa pun. Keberadaan Kementerian Agama itu adalah konsekuensi logis dari negara berdasarkan Pancasila yang kita sepakati bersama.
“Pancasila adalah jalan tengah antara negara ‘berdasarkan Islam’ dgn negara sekular yang ‘memisahkan urusan keagamaan dgn urusan kenegaraan’ seperti dikatakan Prof Supomo dalam sidang BPUPKI. Keberadaan Kementerian Agama telah diusulkan oleh Muhammad Yamin dalam sidang BUPKI,” tertulis demikian di akun Twitter-nya.
Di negara kita, lanjutnya kendati mayoritas Islam dan tidak dinyatakan sebagai agama resmi negara seperti di Malaysia, tapi kita bukan negara sekuler yang memisahkan urusan agama dari negara seperti Philipina. Negara mestinya bersikap pro-aktif mendukung terlaksananya ajaran-ajaran agama.
“Di negara yang menjadikan Islam sebagai agama resmi negara spt Malaysia, Raja (Yang Dipertuan Agung) adalah Ketua Agama Islam. Semua urusan keagamaan Islam ditangani langsung oleh negara. Sebaliknya di negara yang secara resmi menyatakan dirinya negara sekuler seperti Philipina, negara samasekali tidak terlibat menangani urusan agama.”
“UUD Philipina tegas menyatakan ‘separation of church and state’. Negara dilarang mengalokasikan anggaran untuk agama apapun.”
Ia pun kembali menekankan bahwa keberadaan Kementerian Agama bukanlah hadiah buat siapa-siapa. Keberadaan Kementerian Agama dengan tugas utama menangani menyelenggarakan dan memfasilitasi urusan agama itu adalah konsekuensi logis dari negara berdasarkan Pancasila.
“Negara berdasarkan Pancasila menjadikan ajaran-ajaran agama sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam membangun bangsa dan negara. Karena itu negara berkewajiban melayani dan memfasilitasi kepentingan umat bergama dalam melaksanakan tuntunan ajaran agamanya.”
Konsep bernegara seperti itu, kata dia, adalah khas Indonesia yang berurat-berakar dari pengalaman sejarah berabad-abad lamanya. Karena itu, kata dia, kita tidak perlu mencontoh bangsa lain. Kita punya problema sendiri yang perlu kita pecahkan sendiri, yang kita anggap sesuai dengan kira sendiri.
Sebab itu, pertahankan dan kembangkan keberadaan Kementerian Agama sebagai salah satu ciri khas konsep bernegara kita yang berdasarkan Pancasila. Menteri Agama seyogiyanya fokus menangani dan memecahkan berbagai problema keagamaan di negara kita.
“Omongan soal Kementerian Agama adalah hadiah buat umat Islam seluruhnya atau hadiah khusus bagi NU saja tidak ada gunanya. Omongan seperti itu hanya bikin gaduh, membuang energi dan tidak menguntungkan siapapun.”
“Saya tunjukkan link Sejarah Kementerian Agama di web Kementerian Agama sendiri. Apa yang ditulis di situ, hemat saya mendekati kebenaran sejarah pembentukan Kementerian Agama.
https://kemenag.go.id/artikel/sejarah.”
Yaqut yang mengucapkan hal itu beralasan untuk memotivasi santri. Apa yang ia ucapkan juga dikatakan untuk kalangan internal (NU).
(Sur/PARADE.ID)