Jakarta (parade.id)- Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Universitas Nasional (HMI Unas), Abdul Razaq Al Amin Ode atau akrab disapa Razaq menilai proyek di Rempang sebagai urgensi daripada investasi agar bisa bersaing dengan negeri tetangga.
“Namun bagi kami apalah arti investasi untuk bersaing kalau mesin-mesin perampas tanah itu hanya mengeksploitasi amarah masyarakat dan menciptakan bentrok antara aparat dan sipil. Inikan keluar dari koridor hak asasi manusia (HAM),” katanya, kepada media, Kamis (21/9/2023).
Mengenai proyek Eco-city di Rempang harus tetap jalan sebagaimana yang disampaikan Menteri Bahlil Lahadalia, menurut Razaq serba salah.
“Saya sudah mendapatkan informasi terkait statement dari Pak Bahlil. Sepintas memang serba salah, pekerja tambang bisa kehilangan pekerjaannya. Tapi apakah pemerintah hari ini bisa melihat di sisi lain terkait perampasan lahan yang melibatkan represifitas. Kan ini jatuhnya pemaksaan. Lagi-lagi harus dipertimbangkan juga hak masyarakat adatnya,” pintanya.
“Lama kelamaan akan digerus terus sumber daya alam (SDA) di Indonesia, sehingga Indonesia akan terus-terusan menjadi tumbal feodalisme Negara Adidaya,” katanya.
Sebagaimana diketahui, bahwa pengembangan kawasan ekonomi baru Rempang Eco-city di Pulau Rempang, Batam, mendapat penolakan sejumlah warga setempat.
Warga menolak direlokasi demi memuluskan pembangunan proyek strategis nasional (PSN) tersebut. Penolakan pun berujung bentrok warga dengan aparat gabungan TNI-Polri pada Kamis (7/9/2023) lalu.
Bentrokan pun menjadi perhatian publik nasional setelah video penembakan gas air mata beredar di media sosial. Sejumlah anak sekolah harus dilarikan ke fasilitas kesehatan karena terkena gas yang membuat dada terasa panas itu.
Berita itu kemudian menjadi perhatian public. Ada gelombang demonstrasi—mulai mencuat di kawasan metropolitan. Sejumlah Ormas, eleman masyarakat, bahkan aktivis mahasiswa beberapa kali menggelar aksi solidaritas untuk Rempang.
(Rob/parade.id)