Jakarta (PARADE.ID)- Sebagai seorang muslim dan beriman, pastilah selalu membaca al-Qur’an. Karena al-Qur’an selain kalamullah, juga sebagai petunjuk dan penenang jiwa yang lagi resah.
Al-Quran menjadi sebaik-baik petunjuk bagi manusia untuk menemukan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Membaca, mempelajari, menghafal dan mengamalkan isi kandungan al-Quran akan mengantarkan pada kemuliaan.
Bisa jadi pula orang yang membaca Al-Qur’an bukan sekadar membaca dan menghafal. Namun hendaknya al-Qur’an tersebut bisa diaplikasikan atau diamalkan. Semakin banyak mengkaji al-Qur’an, mestinya semakin bagus iman dan akhlaknya. Karena sifat orang yang membaca al-Qur’an itu akan tercium wanginya. Artinya, ia akan buktikan dalam amal dan perilakunya keseharian.
Rasulullah ﷺ memberikan beberapa perumpamaan bagi orang yang membaca dan tidak membaca Al-Quran.
الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُالْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ
“Permisalan orang yang membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan roihanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 5059)
Rasulullah ﷺ menjelaskan perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Quran seperti buah utrujah yang memiliki rasa enak dan baunya wangi. Utrujah sendiri merupakan buah yang masuk pada marga dari jeruk. Buah ini sangat harum dan enak bahkan dijadikan sebagai bahan untuk membuat parfum.
Orang mukmin yang membaca al-Quran bukan saja membuatnya mulia, terhormat, melainkan juga memancarkan kemuliaannya sehingga memberi manfaat bagi orang-orang lainnya. Dalam at- Tibyan, Imam Nawawi menjelaskan bahwa dengan membaca al-Quran bisa melembutkan hati sehingga membuat yang membacanya mencium harumnya iman.
Orang mukmin yang tidak membaca al-Quran seperti kurma, rasanya enak namun tidak beraroma. Kurma merupakan buah yang rasanya manis dan memiliki banyak khasiat untuk kesehatan kendati buah ini tak memunculkan harum. Beberapa ulama berpendapat kategori ini merupakan orang yang beriman dan menjalankan ibadah namun hari-hari jarang dihiasi dengan membaca al-Quran.
Sedang perumpaman orang durhaka (munafik) yang membaca al-Quran seperti buah raihana, baunya wangi namun rasanya pahit. Buah raihana memiliki wangi sehingga kerap diguanakan untuk wewangian. Namun buah ini memiliki rasa yang pahit bahkan disebutkan mengandung racun.
Imam Nawawi menjelaskan kategori ini merupakan orang yang membaca al-Quran tapi tak mengamalkannya. Orang seperti ini kerap menampakkan diri dihadapan orang lainnya seperti orang suci namun pada praktiknya kerap lalai dari ketaatan kepada Allah.
Ketika Rasulullah ﷺ membicarakan tentang pentingnya al-Qur’an dan Utrujah sekaligus menyinggung soal kurma. Seperti dikutip Abu Abdillah al-Maqdisi al-Hambali dalam kitab Khamsuna Fashlan fith Thibbin Nabawi disebutkan bahwa Ibnu Umar berkata, Rasulullah ﷺbersabda, “Ada pohon yang daunnya tidak bisa jatuh. Dan pohon itu adalah perumpamaan orang muslim. Katakan padaku, pohon apakah itu? Orang-orang langsung berpikir pohon bawadi. Abdullah (Ibnu Umar) berkata, “Aku berpikir dalam hati bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengatakannya. Dan Rasululah pun bersabda, pohon itu adalah pohon kurma.”
Para ulama berbeda pendapat tentang alasan beliau menyerupakan pohon kurma dengan orang muslim. Ada yang berpendapat karena pohon kurma tidak bisa hamil sebelum dikawinkan.
Ada yang berpendapat karena jika dipotong kepalanya, maka pohon kurma akan mati. Dan ini ada alasan yang menonjol karena pohon kurma mempunyai banyak kebaikan (manfaat) yang sangat banyak.
Seperti buahnya enak, daunnya selalu rindang, selalu ada buahnya, bisa dimakan dengan cara dan jenis yang beragam, serta bisa dimanfaatkan beragam keperluannya seperti serabutnya, daunnya dan pelepahnya bisa digunaan untuk papan, kayu glondongan, kayu bakar dan sebagainya. Sedangkan bijinya untuk makanan unta. Jadi semuanya bermanfaat.
Bahkan jummar adalah jantung pohon kurma yang lunak dan bisa dimakan. Menurut para dokter, jummar mempunyai karakter dingin , kering pada level pertama. Meski rasanya sepat, baik untuk mengatasi tenggorokan yang kasar, diare, mengobati borok.
Adapun utrujah, karakternya dingin, tapi bijinya karakternya panas dan mengandung sedikit kelembaban. Rasanya masam, adapun kulitnya pembangkit rasa gembira dan penangkal racun . Jika ditaruh di mulut, dapat mengharumkan bau mulut dan mengusir angin. Dan jika dicampur dengan rempah-rempah dapat membantu pencernaan.
Konon ada kisah seorang Kisra (Raja Persia) marah terhadap sejumlah tabib dan memerintahkan agar mereka dijebloskan ke dalam penjara. Lalu ia menyuruh mereka memilih satu jenis lauk dan tidak boleh lebih dari satu. Ternyata mereka memilih buah Utrujah. Kemudian mereka ditanya. Mengapa kalian memilih Utrujah bukan yang lain.
Mereka menjawab, karena buah utrujah seketika menjadi pengharum ruangan, pemandangannya menyenangkan, kulitnya berbau harum, dagingnya adalah buah-buahan, bagian asamnya adalah lauk dan bijinya adalah penangkal racun dan mengandung minyak.
(Hidayatullah/PARADE.ID)