Jakarta (PARADE.ID)- Pakar ekonomi syariah ustaz Antonio Syafii mencoba menjawab, apa yang ia katakan bahwa pertanyaan ini cukup menggelitik, yakni terkait apakah sedekah itu secara matematis mengurangi rezeki atau harta.
Beliau mulai coba “menghitungnya”. Misalkan, kata dia, kita memiliki uang 1 juta, kemudian kita sedekahkan atau kita berzakat sebesar 25.000 (2,5 persen).
Dari yang kita zakatkan itu, maka uang kita tinggal Rp975.000 lagi. Rp25.000-nya lagi sudah pergi ke zakat. Itu secara zahir.
Namun menurut beliau, di sinilah sesungguhnya terjadi kesalahan hitung. Kita menganggap bahwa yang 25.000 itu pergi. Hilang. Padahal, kata dia, sesungguhnya yang 25.000 itu menjadi aset dalam bentuk lain.
“Artinya begini, kita semula hanya punya Rp1 juta. Setelah kita zakatkan, aset kita itu terbagi dua. Pertama, Rp975.000. Tetap di kantong kita. Di rekening kita,” paparnya, Rabu (13/10/2021), melalui akun YouTube-nya.
Kedua, kita investasikan ke Allah dengan kecepatan 70.000 persen.
“Dari mana 70.000 persen ini? Dari Alqura surat Al-Baqarah ayat 261, yang sudah saya jelaskan sebelumnya,” jelasnya.
Jadi, lanjutnya, apa yang akan terjadi sekarang adalah sebagai berikut, bahwa 25.000 itu dikalikan 70.000 persen, dimana perumpamaan orang yang menginfakan di jalan Allah seperti yang menanam satu butir, kemudian tumbuh menjadi tujuh dahan, yang masing-masing dahan ada 100 butir, jadi 700 kali. 700 kali itu sama dengan 70.000 persen. Artinya 25.000 itu dikali 70.000 persen. Jatuhnya itu sekitar 17.500.000.
“Nah, 17.500.000 ditambahkan yang 975.000 yang masih ada di rekening kita. Sekarang jadi 18.475.000,” katanya.
“Artinya, jikalau kita menzakati uang kita sebesar 25.000 dari 1 juta hakikatnya di sisi Allah, aset kita itu bertambah menjadi 18.475.000. Masyaallah. Itu kalkulasi matematis Al-Baqarah: 261,” lanjut dia.
Di samping itu, katanya, Allah akan memberikan bagian yang 18.475.000 itu. Dimana sebagian diberikan di akhirat, sebagian lagi diberikan-Nya di dunia.
Bentuknya bisa dalam kesehatan. Dan kata beliau ktu adalah aset. Kesehatan memang bukan segalanya, tapi segalanya tanpa jiwa dan raga yang sehat.
“Apalagi? Allah berikan isteri yang baik. Allah memberikan anak yang lucu-lucu. Itu adalah aset. Allah memberikan mata yang bisa melihat, itu adalah nikmat. Allah memberikan suami yang setia, itu adalah nikmat. Allah memberikan kita hidup sampai saat ini adalah nikmat,” terangnya.
Jadi, menurut beliau bahwa aset itu bukan saja yang masuk ke rekening, tetapi adalah aset yang tidak tampak bisa juga kita nikmati. Artinya, kata dia, kita bisa hidup sampai hari ini adalah satu aset, satu kenikmatan.
“Coba bayangkan kalau kita ditakdirkan meninggal kemarin, harus kita bayar 1 miliar agar bisa hidup sampai hari ini. Masyaallah. Orang yang mempunyai 1 miliar itu siap membayar. Kalau kita pada jutawan, dia eksen 1 tahun itu dengan 1 miliar pasti akan dibayar. Orang yang punya triliun Rupiah untuk eksen 1 minggu, dia akan bayar,” ia mencontohkan.
Ia pun mengutip soal sedekah dari Rasulullah. Rasul mengatakan dengan tegas bahwa, “Tidak akan mengurangi sedekah itu dari harta.” Hadits ini adalah hadits sahih, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim nomor 4.689.
(Sur/PARADE.ID)