Jakarta (PARADE.ID)- Era Industri 4.0 menuntut pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Di sisi lain, mereka juga harus memahami ancaman-ancaman serangan siber yang bakal dihadapi.
Berdasarkan Verizon 2019 Data Breach Investigations Report, sekitar 43 persen dari serangan siber menargetkan UKM dan hanya 14 persen UKM yang sudah mempersiapkan diri menghadapi ancaman tersebut.
Demikian disampaikan Deputi Bidang Proteksi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Akhmad Toha, saat membuka sedaring Bimtek Online Batch I bertema “Penerapan Keamanan Informasi E-Commerce bagi Pelaku UKM” yang diikuti 100 peserta, Senin (27 Juli 2020), seperti dikutip dari situs web BSSN.
Sejauh ini, kata Toha, menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, sebanyak 3,79 juta UKM telah memanfaatkan platform daring dalam memasarkan produknya.
Sejauh ini BSSN telah melakukan berbagai terobosan untuk membangun security awareness dan memberikan bimbingan teknis kepada masyarakat.Menurut Pengolah Data Keamanan Siber BSSN Eko Tulus, perlu solusi cerdas yang dapat digunakan seluruh lapisan masyarakat secara efektif.
“Demi menunjang keamanan siber mereka, namun murah, mudah, dan mandiri bisa dilakukan, terutama bagi pelaku UKM,” tutur Eko.
Ia mengatakan, BSSN juga telah menyusun Panduan Mandiri Keamanan Informasi (Paman Kami) yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UKM. “Paman Kami merupakan tools penilaian mandiri keamanan informasi yang berfokus pada 25 langkah keamanan informasi,” ujar Eko.
“Paman Kami” dapat digunakan sebagai mekanisme awal mengukur tingkat keamanan informasi sistem informasi yang dimiliki pelaku UKM. Diharapkan secara bertahap pelaku UKM dapat memenuhi seluruh tahapan keamanan informasi sehingga risiko keamanan dapat dikurangi.
Pasar e-commerce terbesar
Sementara, Kasubdit Proteksi Informasi Perdagangan Berbasis Elektronik BSSN, Baderi, mengatakan, Indonesia merupakan pasar terbesar e-commerce di Asia Tenggara.”
Data Euromonitor (2014) menyatakan nilai penjualan online Indonesia mencapai US$ 1,1 miliar. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai penjualan online Thailand dan Singapura.
“Di Asia Tenggara, Indonesia memimpin dengan pertumbuhan e-commerce sebesar 78 persen pada 2018, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta jiwa,” jelas Baderi.
Sayangnya, nilai penjualan yang sangat besar itulah yang menjadi faktor penarik aktor jahat melakukan serangan siber, terutama menargetkan UKM.
Untuk menangkal serangan siber, Baderi menyarankan sejumlah langkah yang bisa diadopsi para pelaku UKM yang sudah memanfaatkan internet dalam pemasarannya.
Berikut ini lima langkah yang disarankan:
- lindungi semua perangkat dari virus, spyware, dan kode berbahaya lainnya dengan cara menginstal antivirus dan memperbaharuinya secara teratur.
- hindari menggunakan jaringan internet di wi-fi publik.
- gunakan kata sandi yang kuat dan perbaharui secara periodik.
- buat data cadangan seluruh informasi penting perusahaan secara berkala menggunakan media yang terpisah jika perlu tambahkan juga backup di layanan cloud untuk memastikan backup tersebut dapat di-restore.
- pastikan perangkat selalu diperbarui keamanannya dengan melakukan pembaruan keamanan secara teratur.
(Cyberthreat/PARADE.ID)