Jakarta (PARADE.ID)- Waketum Partai Gelora, Fahri Hamzah mengingatkan salah satu media untuk jangan mempromosikan propaganda kebohongan Negara. Fahri meminta agar media tersebut menggunakan akalnya.
“pakai akal, kalau semua orang nonton ceramah UAS lalu bikin bom bunuh diri di Indonesia, Pikir sendiri.. pakai akal sedikit kenapa sih?” ia mengingatkan, ketika mengomentari berita di salah satu media dengan judul: “Remaja Singapura Nonton Ceramah UAS, Percaya Bom Bunuh Diri”, Rabu (25/5/2022).
Kita ini, kata Fahri, memilih menjadi negara demokrasi karena kita ingin ruang publik dikelola pakai akal sehat, secara jujur dan terbuka. Jadi kalau orang bohong dalam demokrasi itu pasti ketahuan karena ruang publik kita transparan jadi begitulah seharusnya kebijakan publik diambil.
“Di negara demokrasi yang bebas, ruang publik itu tidak saja dibanjiri oleh propaganda negara tetapi juga bantahan dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat yg punya hak yang sama di ruang publik. Konstitusi kita menjamin adanya kesamaan hak dalam hukum dan pemerintahan,” demikian tertulis di akun Twitter-nya.
Sedangkan di negara totaliter, ruang publik dikontrol secara ketat oleh rezim. Dimana negara tidak boleh di bantah.
Membantah negara itu sama dengan subversi, karena itulah komunikasi di negara totaliter tidak sehat, selalu berjalan searah: negara tidak pernah salah, negara tidak pernah kalah.
Berita di media (viva) yang Fahri komentari berisikan, bahwa Pemerintah Singapura menyatakan ceramah-ceramah yang memecah belah kerukunan seperti yang disampaikan Abdul Somad tidak dapat diterima di Singapura. Hal itu pula yang mendasarkan penolakan Somad untuk masuk ke negara tersebut.
Setidaknya ada 4 alasan kenapa Singapura menolak ulama yang disapa UAS itu masuk Singapura. Somad telah menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasionis, mengizinkan bom bunuh diri, merendahkan agama lain — salib ada jin kafir, serta menyebut non-muslim sebagai kafir.
“Ini hanya beberapa contoh. Anda tahu, jika seseorang mengatakan ini di Singapura, Internal Security Department (ISD) akan mengunjunginya, dan mereka akan berada di balik jeruji besi. Jadi bahasanya, retorikanya, seperti yang Anda lihat, sangat memecah belah – sama sekali tidak dapat diterima di Singapura,” kata Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam dalam media room Kementerian Dalam Negeri atau MHA Singapura dikutip Selasa, 24 Mei 2022
Shanmugam menegaskan kerukunan ras dan agama dianggap anggap fundamental bagi Singapura, dan sebagian besar orang-orang Singapura menerimanya. Karenanya, Singapura mengambil pendekatan tegas tanpa toleransi dan pendekatan yang adil terhadap segala bentuk ujaran kebencian dan ideologi yang memecah belah kerukunan.
“Dan itu tidak ditujukan pada individu tertentu, atau agama tertentu, atau kebangsaan tertentu. Posisi kita berlaku sama untuk semua,” tegasnya.
Lebih jauh, Shanmugam menuturkan otoritas keamanan Singapura ISD telah mengidentifikasi Abdul Somad dan menyelidiki radikalisasi di Singapura, dimana salah satu temuannya adlaah mereka yang ditangkap menonton video Abdul Somad, dan mengikuti khotbahnya.
“Salah satunya adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri, 2 tahun lalu, pada Januari 2020. Dia telah menonton ceramah YouTube Somad tentang bom bunuh diri. Dan anak laki-laki itu mulai percaya bahwa jika Anda berjuang untuk ISIS, dan jika Anda adalah seorang pembom bunuh diri, Anda bisa mati sebagai martir dan menerima hadiah di surga,” ujar Shanmugam
(Rob/PARADE.ID)