Jakarta (PARADE.ID)- Politisi Gelora, Fahri Hamzah menepis bahwa dukungan partai kepada anak Presiden Jokowi disebut dinasti politik. Menurut dia, itu hanya soal atau teknis di lapangan saja (terkait dukung mendukung).
“….dinasti itu pewarisan kekuasaan melalui darah. Sementara ini kan pemilu. Ada kemungkinan menang dan kalah. santai aja, jangan tegang menghadapi pilkada. Ini demokrasi lokal yang biasa,” kata dia, baru-baru ini.
Bahwa dirinya pernah mengkritik Gibran, tapi menurutnya hal itu tetaplah tidak mengubah makna teoritis terminologi dinasti terkait dengan pewarisan dengan darah.
“Pilkada bukan pewarisan darah. Pilkada bukan dinasti,” jelasnya di akun Twitter-nya.
Kalaupun kemudian ramai, hal itu kata dia boleh jadi dipengaruhi reputasi Jokowi sebagai orang tua.
Dalam tradisi dinasti, lanjutnya, pewaris kerajaan tidak mengambil risiko kalah menang. Dalam pilkada, peserta pilkada punya peluang kalah dan menang. Calon mengambil resiko.
“Tapi biar saja orang mengambil resiko. Anak pak jokowi dan anak pak makruf mengambil resiko. Bagus dong.”
Dalam pilkada kalau gak suka dengan kandidat, kalahkan di kotak suara. Itu caranya.
“Saya mendengar banyak anak pejabat yang kalah. Di kota makasar pernah kotak kosong mengalahkan kandidat yang di-backup oleh para pejabat tinggi di republik ini. Rakyat memilih kotak kosong.”
(Robi/PARADE.ID)