Jakarta (parade.id)- Penanggung Jawab Aksi Nasional KSPI-Partai Buruh Makbullah Fauzi menyatakan gonjang-ganjng pemotongan upah buruh untuk Tapera karena kegagalan pemerintah berkomunikasi, ke kalangan buruh, juga ke KSPI dan Partai Buruh.
“Apa susahnya sih, pemerintah mengundang dan mengajak diskusi dalam satu meja dengan Partai Buruh, serikat pekerja/buruh di Indonesia, terutama KSPI?! tegas tanya Makbullah Fauzi atau yang biasa disapa Buya Fauzi dalam keterangannya kepada media, Rabu (29/5/2024).
Buya Fauzi tidak menampik bahwa kaum buruh butuh Tapera agar memiliki rumah—kepentingan dan kehidupan keluarganya. Akan tetapi kata dia, mestinya pemerintah juga harus jernih melihat kondisi buruh di Indonesia pada saat ini pasca disahkannya Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Dimana daya beli Kaum buruh di Indonesia sudah menurun amat drastis, karena kenaikan upah setiap tahunnya yang selalu ditekan amat rendah.
Buya Fauzi menduga ada di balik itu ada kepentingan dari segelintir pihak untuk meraup keuntungan pribadi (dari program Tapera) ini, dengan cara menindas dan memeras keringat dan air mata kaum buruh di Indonesia.
Menyikapi itu, Buya Fauzi mengatakan aksi pasti akan menjadi pilihan.
Hal demikian jika Pemerintah tetap tidak peduli dengan jeritan protes kaum buruh Indonesia pada saat ini, untuk memaksa Pemerintah duduk bersama dan berdialog, untuk mendapatkan solusi terbaik terkait kebutuhan rumah bagi kaum buruh tanpa membebaninya, yang saat ini hidup dalam kondisi amat sangat terbatas karena kenaikan UMP/UMK di Indonesia, yang amat sangat rendah, tidak sebanding dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
“Kepada kaum buruh di seluruh Indonesia, untuk kembali bersiap-siap melakukan aksi agar program Pemerintah terkait Tapera ini dapat dikaji ulang dan disesuaikan dengan kondisi kesulitan kaum buruh Indonesia pada saat ini,” serunya.
(Rob/parade.id)