Sulsel (PARADE.ID)- Hari ini, Senin (22/6/2020) di aula serbaguna Polda Sulsel tengah berlangsung kegiatan Pembinaan Penanggulangan/Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi kepada personel Polda. Acara yang diselenggarakan oleh SDM Polda ini dihadiri oleh Kapolda Sulsel, Kabinda, Wakapolda, jajaran lainnya, dan perwakilan tokoh masyarakat.
Dalam kegiatan itu, Kapolda Sulsel Irjen Pol. Mas Guntur Laupe berpesan sekaligus mengajak kepada segenap audiens agar bersepakat untuk menangkal paham radikalisme dan intoleransi di wilayah kita masing-masing sehingga tercipta toleransi antarumat beragama. Pun dengan masyarakat yang dikatakannya juga berperan penting, terutama dengan mengaktifkan Siskamling di tempatnya masing-masing.
“Tantangan itu ada, maka kita terus harus waspada. Diharapkan melalui kegiatan ini, kita semua dapat memiliki pemahaman terkait Radikalisme dan Intoleransi untuk diantisipasi penyeberannya di tengah masyarakat,” sampainya.
Peran dan keberadaan TNI serta para tokoh masyarakat dinilai oleh Kapolda juga sangat penting ketika menghadapi persoalan ini. Saling bersinergi. Memberikan bimbingan terkait amalan yang benar di tengah-tengah masyarakat.
“Covid-19 sudah menjadi permasalahan kita saat ini, sehingga jangan ditambah dengan permasalahan terkait radikalisme dan intoleransi di tengah masyarakat,” ia mengingatkan.
Sementara itu, Kabinda Sulsel, Brigjen TNI Wing Handoko pun senada dengan Kapolda terkait betapa pentingnya saling kerjasama antara Polri, TNI, dan segenap masyarakat banyak. Juga denhan BIN, BNPT, Kemendikbud, dan Kemenag.
“Melakukan Deteksi Dini, Cegah Dini, dan pemetaan terhadap keberadaan kelompok radikal, guna menanggulangi ancaman radikalisme/terorisme di tengah masyarakat. Melibatkan unsur masyarakat (RT/ RW) untuk secara bersama meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar,” katanya.
Selain itu, monitoring dan upaya pembinaan (deradikalisasi dan rehabilitasi) secara berkelanjutan terhadap para Napiter, Eks Napiter dan Keluarganya, guna memutus rantai ideologi radikalisme di Indonesia dinilai hal yang perlu diperhatikan. Pun juga melalui intensitas Counter Opini terhadap segala bentuk upaya provokasi (indoktrinasi), ujaran kebencian, dan propaganda lainnya yang semakin massif berkembang melalui pemanfaatan teknologi informasi.
“Penanaman wawasan kebangsaan dengan menekankan pembangunan SDM melalui pendidikan (Formal – Non Formal) yang dilandasi Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Memberi penerangan kepada masyarakat bahwa radikalisme dan terorisme adalah bentuk pelecehan terhadap agama dan kemanusiaan,” jelasnya.
Menumbuhkan karakter keagamaan yang moderat, yakni memahami dinamika kehidupan secara holistik dan terbuka dengan menerima pluralitas (pemikiran pihak lain yang ada di luar kelompoknya) juga dinilai dapat membantu pencegahan terorisme.
“Sosialisasi dan aksi kepada masyarakat untuk menolak segala bentuk tindakan intoleran dan paham radikalisme, dengan melibatkan seluruh tokoh kelompok agama. Mengurangi dan menghapus kesenjangan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan dalam skala luas,” bebernya.
(Robi/PARADE.ID)