Jakarta (PARADE.ID)- Syahganda Nainggolan berbagai cerita tentang kedekatannya dengan Pramono Anung dan Fadjroel Rachman ketika menjadi aktivis. Ketiganya, kalau diamati, terasa dekat kala itu.
“Pramono Anung kerjanya dulu ngipas2 aku utk jd aktifis mhs. Aku sering dikontrakannya. Disitu ada bendera DM ITB & dia sumpah lawan rezim,” akunya, baru-baru ini, di akun Twitter-nya.
Syahganda menggambarkan kala itu kamar Pramono reyot. Sampai-sampai kepalanya pernah kena paku. Ia dan Haris mahasiswa angkatan 84 akhirnya membawa Pramono ke RU Brms pukul 1 malam.
“Dia dulu mhs radikal, knp kini tega lht mhs dianiaya? Pramono Anung, sadar dan insyaflah dikau. Malu dong sama masa lalumu sebagai demonstran radikal di ITB,” imbaunya sembari mengenang.
Pun dengan kenangannya bersama Fadroel, yang ketika itu diakuinya, dirinyanya lah yang mengobati kepala Fadroel di dalam salah satu aksi.
“Kepala Fadjroel Rahman, 12 April 1989 bocor dipukul polisi pas aksi “Kacapiring” depan Balaikota Bdg. Nangis2 dia. Saya yg obati di Jur. Geodesy ITB & himpun ribuan massa melawan balik,” kenangnya kembali.
Dengan kenangan itu, sebagai aktivis kala itu, ia seperti membandingkan bagaimana perlakuan aparat kepolisian saat itu dengan sekarang (boleh jadi). Polisi, kata dia, kala itu menghormati para massa aksi yang turun ke lapangan ketika dalam keadaan istirahat.
“Tapi dulu polisi tidak mukul orang yang sedang istirahat. Polisi dulu lebih hormati demonstran,” kata dia.
Kini posisi Syahganda dengan keduanya berbeda. Keduanya duduk di pemerintahan (pendukung rezim), sedangkan Syahganda di luar. Kritis terhadap pemerintahan.
(Robi/PARADE.ID)