Jakarta (PARADE.ID)- Presiden KSPI sekaligus Presiden Partai Buruh meminta kepada Presiden Jokowi agar Menteri Perdagangan (Mendag) dievaluasi, diganti. Permintaan Iqbal tersebut imbas dari kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng belakangan ini yang hingga kini terjadi.
“Menteri jangan bunuh rakyat (dengan minyak curah, red.). Turunkan harga minyak goreng kemasan. Bukan minyak curah. Turunkan minyak goreng. Turunkan harga bahan pokok. Ganti Mendag!” tegas minta Iqbal dari orasinya, ketika aksi di depan gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta.
“Rakyat itu tidak bodoh. Ganti rakyat Mendag! Kasihan presiden. Masak Menteri ngeluh. Masak rakyat yang dikorbankan?” sambungnya.
Kata Iqbal, mestinya pemerintah melalui Mendag jangan mau kalah dengan mafia (jika benar adanya).
“Indonesia itu penghasil kelapa sawit (CPO). Per tahun lebih 70 ton. 40 ton dari Indonesia. CPO adalah bahan dasar minyak goreng kemasan. Bagaimana mungkin penghasil terbesar, tapi langka minyak gorengnya. Berarti ada spekulan. Negara kalah sama spekulan. Negara tidak boleh kalah,” ia kembali menegaskan.
Iqbal pun memberikan waktu satu minggu agar persoalan kelangkaan dan harga minyak goreng diatasi, termasuk minyak curah yang harus dihentikan di pasaran. Rakyat jangan dikorbankan dengan minyak curah.
Dan yang mesti diturunkan harganya menurut dia adalah minyak goreng dalam kemasan, bukam minyak curah, yang kita ketahui tidak cukup baik bagi rakyat.
“Rakyat juga seperti dibikin pengemis dengan mengantre minyak goreng. Satu orang telah meninggal akan hal itu. Negara tidak boleh kalah dengan mafia. Dimana pejabat hanya melihat hal-hal itu dan tampak tak berdaya,” terangnya.
Selain itu ia mengingatkan, agar kelangkaan tidak terjadi, mestinya pemerintah tidak lebih banyak mengekspor minyak ke luar negeri dengan tidak memperhatikan kebutuhan dalam negeri.
Artinya, mekanisme pasar jangan diterapkan, terutama ke soal harga minyak goreng. Sebab itu yang menyebabkam tidak terjangkaunya harga minyak goreng.
“Padahal gampang, tinggal panggil saja, Sinar Mas, dll. Tinggal ditanya. Misalkan setiap tahun perusahaan ini memproduksi minyak sawit (CPO) berapa. Jangan semua diekspor. Misal ekspor 90. 10 untuk domesti,” kata dia.
“Harganya malah lebih murah dengan negara Malaysia dengan kemasan yang sama. Turunkan sesuai janji Rp11.000,” sambungnya pungkas.
(Rob/PARADE.ID)