Jakarta (parade.id)- Ketum KSPI Jumhur Hidayat mengatakan bahwa kalau petani Indonesia makmur, maka buruh pun akan sejahtera. Industri nasional pun kata dia akan terjadi.
“Petani itu keluarganya ada 135 juta orang lebih. Kalau mereka punya daya beli, mereka mampu, maka mereka lah yang akan menjadi konsumen daripada produk-produk yang dihasilkan kaum buruh,” kata Jumhur kepada parade.id, di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Selasa (24/9/2024), saat turut serta memperingati Hari Tani Nasional (HTN).
Jumhur melihat, selama ini kata dia petani selalu dalam posisi yang tertekan, bahkan hanya sekadar untuk menyambung hidup. Punya tanah sedikit bukannya ditambah supaya lebih luas malah digusur-gusur.
“Jadi ini benar-benar anti Pancasila dan ini kita sudah darurat, karena itu kaum buruh menyertai—bersama-dama mereka sebagai solidaritas—apa yang menjadi kehendak mereka seperti petani sejahtera, nilai tukar petani meningkat, mereka punya lahan—ketimbang lahan dibagi-bagi oligarki sebaiknya lahan dibagikan ke petani dan negara yang memastikan lahan itu produktif di tangan mereka. Bukan sebaliknya mereka diusir-usir,” terang Jumhur.
“Datang orang dari mana enggak jelas tiba-tiba dapat HGU dan mengusir mereka dengan harga yang super murah. Ini betul-betul kezaliman yang nyata dan ini lebih kejam daripada kolonialisme,” lanjutnya.
Belanda saja ketika Indonesia belum merdeka kata Jumhur tidak pernah mengusir rakyat dari tanahnya.
“Tanam paksa itu, 20 persen diwajibkan untuk menanam keinginan Pemerintahan Belanda, yang 80 persen silakan. Tanah tidak digusur. Hanya minta tolong 20 persen dari apa yang ditanam,” cerita Jumhur.
“Jadi masih dibeli oleh Pemerintah Belanda. Kalau ini bukan hanya 20 persen, bukan 50 persen, 100 persen harus hilang tanahnya. Lebih kejam,” lanjutnya.
Apa yang disampaikan Bung Karno soal melawan bangsa sendiri lebih susah daripada bangsa asing pun diamini Jumhur. Menurut dia saat ini soal itu terbukti.
“Makanya saya sepakat dan betul-betul terbukti bahwa kata Bung Karno, ‘Perjuangan saya mengusir penjajah akan jauh lebih mudah karena saya menghadapi bangsa Asing (kulitnya berbeda). Tapi kalian akan jauh lebih susah karena kalian akan menghadapi penjajah yang warna kulitnya sama’,” kutip Jumhur.
“Dan ternyata sikap rakus, serakah, dan menindas adalah sifat manusia, bukan ras. Karena itu, bisa saja rasnya sama tapi lebih kejam dari justru dari ras yang berbeda. Ini menjadi catatan kita dan mudah-mudahan dengan pemerintahan yang akan datang dengan segala kebijakan yang aneh-aneh ini bisa diperbaiki ulang,” tandas Jumhur.
(Rob/parade.id)