Jakarta (PARADE.ID)- Mantan Juru Bicara (Jubir) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah menduga ada yang ingin menguasai lembaga antirasuah tersebut. Dugaan tersebut lahir dari disingkirkannya 75 pegawai terbaik KPK, sehingga membuat KPK mudaj dikuasai.
“Siapa yg ingin kuasai KPK? Siapa yg berkepentingan KPK melemah? Atau Siapa yg akn gunakan KPK demi kepentingan pribadi/kelompok & habisi lawan2nya? Siapapun itu, di sinilah pentingnya sebuah KPK yg INDEPENDEN,” demikian cuitannya, Rabu (26/5/2021).
Awalnya, dugaannya, mereka pikir KPK sudah bisa dikuasasi dan dilemahkan sejak revisi UU KPK berhasil dilakukan, sepaket dengan Pimpinan KPK yang lahir dari proses dan calon yang kontroversial. Tapi sejumlah Pegawai KPK mencoba terus berbuat hingga OTT duakasus besar tak terbendung dan dua menteri dari parpol jadi tersangka.
“Ini tmpaknya jd salah1 alasan kenapa #75PegawaiKPK harus disingkirkan meskipun tenggat waktu 2 tahun yg diamanatkan UU msh sd Okt-Nov. Disinilah “wawasan kebangsaan” dibajak utk kepentingan penyingkiran tsb. Bahkan Put MK tdk dilaksanakan & arahan Presiden tdk dihargai.”
Isu Konyol: Taliban
Febri mengamati hal-hal yang dianggap menjadi alasan untuk menyingkirkan pegawai terbaik KPK, salah satunya itu tuduhan Taliban. Dan menurutnya, isu itu konyol dan konsisten digunakan sejak 2019 lalu.
Isu itu, kata dia, dikembangkan sedemikian rupa untuk mematikan akal sehat publik. Tak bisa dpungkiri, sejumlah oranglun dilihatnya tertipu dengan isu ini.
“Skrg isu itu diolah lagi.. Tp entah krn apa cap ‘merah’ berubah dari 75 jd 51..”
Isu Selain Taliban
Isu lainnya yang tampaknya menurut dia konyol dan digunakan untuk menyerang Novel Baswedan yang sejak dulu memimpin pembongkaran sejumlah skandal korupsi besar di Indonesia adalah ia diberikan stigma, dituduh dan dihubung-hubungkan dengan Gubernur DKIJakarta.
Padahal, kata Febri, penugasan penanganan kasus merupakan wewenang Pimpinan, Deputi dan Direktur.
“Kt paham, semua isu dpt digunakan, bahkan fitnah & kebohongan akan dijahit sedemikian rupa agar KPK tumbang, hancur dan mati,” katanya, yang seorang aktivis antikorupsi.
Namun hal-hal itu menurutnya tampak biasa dan telah terjadi sebelumnya. Sekarang, ia melihat, bahkan arahan Presiden yang disampaikan secara terbuka tidak dihargai. Diabaikan.
Sehingga menurutnya wajar jika kita bertanya, siapa yang sangat berkepentingan saat ini menyingkirkan 75 pegawai terbaik kPK itu. Atau, lanjut dia, siapa yang sekuat itu bisa mengabaikan arahan Presiden dan tidak melaksanakan Putusan MK secara utuh.
“Apa kepentingan besar ke depan yg sedang disusun?”
Jangan lelah, kata dia, menyaksikan hal yang sedemikian rupa pada KPK. Kita masih harus berjuang dengan sehormat-hormatnya. Dan juga dengan hati gembira, karena kita percaya, pemberantasan korupsi adalah ikhtiar untuk bangsa ini ke depan.
“Saya buat Utas ini sbg kecintaan thd bangsa ini, utk KPK dan hormat yg sungguh thd teman2 #75PegawaiKPK.”
(Rgs/PARADE.ID)