Jakarta (PARADE.ID)- Aktivis Perempuan Milenial, Putri Khairunnisa mengatakan bahwa dalam menghadapi perubahan tatanan global saat ini, pemuda tidak bisa hanya mengandalkan perubahan informasi yang begitu cepat. Justru kita, kata dia, harus bisa memaknai bahwa perubahan itu sebagai kewaspadaan yang ada.
Kita harus bisa memverifikasinya, terlebih terkait isu tertentu.
“Tujuannya, agar pemuda mampu menjadikan perubahan isu tersebut dengan sikap strategis. Agar tidak terjebak pada konflik elit dengan menjadikan ideologi dan SARA sebagai pemicunya,” ujarnya, kemarin.
Pemuda yang dilihatnya saat ini sebagai civil society harusnya bisa berperan strategis untuk perubahan ke depan. Pemuda bisa memberikannya melalui jasa, teknologi, dll.
Nisa, demikian sapaan akrabnya, juga mengatakan bahwa pemuda saat ini ialah elemen strategis dalam kehidupan berbangsa yang dituntut untuk responsif terhadap situasi global. Seperti menjadikan posisi negara vis a vis swasta oleh pemuda, dimana hal itu merupakan konsekuensi logis dari perubahan zaman.
“Apalagi berdasarkan pidato Presiden, ekonomi digital dan industri 4.0 Indonesia tercepat di Asia Tenggara. Indonesia memiliki start up sekitar 2.193, kelima terbesar di dunia,” ungkapnya.
Pada pidatonya di pembukaan Hannover Masse 2021 pada 12 april 2021 lalu, Indonesia memiliki lima unicorn dan bahkan telah memiliki satu decacorn. Dari penjelasan Presiden itu, maka penting kiranya pemuda sebagai elemen civil society memiliki posisi strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Responsif Isu Kemaritiman
Selain hal di atas, Nisa mengatakan bahwa pemuda saat ini juga harus peka terhadap isu-isu kemaritiman. Sebab Indonesia secara geografis memiliki posisi strategis dari aspek tersebut.
“Maka dengan situasi strategis ini pemuda dituntut harus mampu menjawab ide besar pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugas negara dalam menjawab tatanan dunia baru, serta memenuhi amanat konstitusi,” kata dia.
Menurut dia, bila dilihat dari aspek geografis, maka laut Indonesia memiliki posisi strategis dalam menjawab desakan perubahan zaman, utamanya arus informasi. Dan pemuda harusnya memiliki kemampuan untuk merespon isu-isu kemaritiman, kelautan sehingga mampu membawa Indonesia menjadi city of port.
Sebab menurut dia, dengan memanfaatkan sektor kelautan yang dilalui berbagi aktivitas pelayaran dan perdagangan dunia beserta keterbukaan informasinya, maka pemuda Indonesia harusnya tidak hanya bernostalgia pada isu masa lalu tentang konflik lain, seperti konflik ideologi. Pemuda Indonesia harus mampu melahirkan gagasan besar tentang kamartiman dan kelautan.
Dalam hal ini, lanjut dia, pemuda mestinya dapat membangun diskursus tentang fakta-fakta geografis dengan menjadikan hasil diskursus sebagai wacana global, agar dapat bergaul secara global dalam perubahan tatanan dunia baru.
Nisa mengaku melihat aspek maritim di Indonesia sangat dominan. Dan pemuda harusnya memulai dengan memahaminya, seperti apa karakteristik bangsa dan negaranya, sehingga mampu melahirkan pemuda futuristik yang dapat membawa Indoneisa menuju generasi emas di abad 21.
“Dari posisi strategis dengan keterbukaan informasi, jika dimanfaatkan dengan cara strategis maka dengan sendirinya pemuda akan menepatkan posisinya sebagai garda terdepan dalam membawa Indonesia menjadi bangsa yang dapat menentukan arah pergaulan di dunia internasional. Tentunya dengan berbagai agenda strategis,” tandasnya.
(Rgs/PARADE.ID)