Jakarta (PARADE.ID)- Gara-gara pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), ekonomi dunia rontok. Satu demi satu, negara berjatuhan ke jurang resesi.
Teranyar adalah Singapura. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura melaporkan, pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Singa pada kuartal II-2020 adalah kontraksi (tumbuh negatif) -12,6% secara year-on-year (YoY).
Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Singapura terkontraksi -0,3% YoY. Singapura sudah mengalami kontraksi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama, sehingga sudah masuk kategori resesi.
Singapura adalah negara mitra yang penting bagi Indonesia. Di sisi ekspor, Singapura adalah negara tujuan ekspor non-migas terbesar keempat. Sementara di sisi Penanaman Modal Asing (PMA), Singapura bahkan menjadi yang teratas. Lalu dari sisi pariwisata, wisatawan mancanegara (wisman) asal Singapura adalah yang terbanyak ketiga setelah Malaysia dan China.
Oleh karena itu, resesi di Singapura juga akan terasa efeknya di Indonesia. Sayangnya, negara yang sedang kesusahan bukan cuma Singapura. Berbagai negara mitra penting bagi Indonesia pun terancam resesi, mungkin kecuali China.
Tiga negara lain yang boleh dibilang adalah mitra strategis dalam perekonomian Tanah Air adalah Amerika Serikat (AS), Jepang, dan China. Dua yang disebut di awal sedang mengalami masa-masa penuh keprihatinan.
Pada kuartal I-2020, ekonomi AS terkontraksi -4,8% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Ini menjadi catatan terburuk sejak 2009.
Untuk kuartal II-2020, GDPNow keluaran Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta memperkirakan kontraksi ekonomi Negeri Adidaya semakin dalam di -35,5%. Kalau sampai terwujud, maka akan menjadi catatan terburuk dalam sejarah modern AS karena saat Depresi Besar pada 1930-an saja kontraksi ekonomi paling mentok di angka belasan persen.
Bagi Indonesia, AS adalah negara tujuan ekspor non-migas terbesar kedua. Pada Januari-Mei 2020, nilai ekspor non-migas ke AS tercatat US$ 7,22 miliar.
Sementara di sisi PMA, AS menempati urutan ke-9. Nilai PMA asal AS pada kuartal I-2020 adalah US$ 114,1 juta.
Kemudian kita beralih ke Jepang. Pada kuartal I-2020, ekonomi Negeri Matahari Terbit menyusut -2,2% annualized. Konsensus pasar yang dihimpun Nikkei memperkirakan ekonomi Jepang terkontraksi lebih parah pada kuartal II-2020 yaitu mencapai -21,7%. Ini akan menjadi yang terdalam sejak akhir Perang Dunia II.
Jepang adalah negara tujuan ekspor non-migas terbesar ketiga buat Indonesia. Pada Januari-Mei 2020, ekspor non-migas ke Jepang tercatat US$ 5,3 miliar.
Di sisi investasi, Jepang adalah investor PMA terbesar keempat. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, nilai PMA Jepang pada kuartal I-2020 adalah US$ 604,2 juta.
Wisman Jepang juga salah satu yang terbanyak menyambangi Ibu Pertiwi. Tahun lalu, kunjungan wisman asal Jepang mencapai 519.623.
Sekarang kita lihat China. Pada kuartal I-2020, ekonomi Negeri Panda terkontraksi -6,8% YoY. Ini adalah yang paling dalam sejak China melaporkan data pertumbuhan ekonomi pada 1992.
Namun China diperkirakan berhasil terhindar dari resesi karena pada kuartal II-2020 sepertinya kontraksi sudah tidak terjadi. Konsensus pasar yang dihimpun Nikkei memperkirakan ekonomi China pada kuartal II-2020 tumbuh 1,1%.
China adalah negara tempat penyebaran virus corona bermula. China adalah negara pertama yang memberlakukan karantina wilayah (lockdown) dan pembatasan sosial (sosial distancing) di dunia.
Jadi China adalah negara yang paling awal terpukul oleh pandemi. Sebagai negara yang paling awal menderita, China adalah yang paling duluan pulih.
Sejak pelonggaran lockdown dan social distancing pada Maret, ekonomi China bangkit dengan cepat. Bukti teranyar kebangkitan ekonomi China adalah kinerja ekspor-impor.
Pada Juni, ekspor China tumbuh 0,5% YoY setelah bulan sebelumnya terkontraksi -3,3% YoY. Sedangkan impor naik 2,7% YoY, setelah pada Mei anjlok -16,7%.
Ketimbang AS atau Jepang, China memegang peranan yang lebih penting dalam perekonomian Indonesia. China adalah negara tujuan ekspor utama, pada Januari-Mei 2020 nilai ekspor non-migas ke Negeri Tirai Bambu adalah US 10,39 miliar.
Sementara di sisi investasi, China adalah investor PMA terbesar. Pada kuartal I-2020, nilai PMA dari China mencapai US$ 2,72 miliar.
Kemudian, China juga banyak menyumbang devisa bagi Indonesia dari sisi pariwisata. Pada 2019, jumlah kunjungan wisman berkebangsaan China mencapai 2,07 juta, terbanyak kedua setelah Malaysia.
Oleh karena itu, kini harapan Indonesia tertumpu kepada China. Saat negara lain tidak bisa diandalkan, hanya China satu-satunya asa agar Indonesia terhindar dari resesi.
(cnbcindonesia/PARADE.ID)