Selasa, Mei 20, 2025
  • Info Iklan
Parade.id
  • Login
No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum
  • Pertahanan
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Opini
  • Profil
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Internasional
    • Pariwisata
    • Olahraga
    • Teknologi
    • Sosial dan Budaya
Parade.id
Home Nasional Ekonomi

Warisan Utang untuk Pemerintah Mendatang

Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia meningkat tajam dari 30,6 persen pada 2019 menjadi 39,3 persen pada 2023

redaksi by redaksi
2024-07-04
in Ekonomi, Nasional, Politik
0
Warisan Utang untuk Pemerintah Mendatang

Foto: Diskusi Publik INDEF bertajuk “Hari Lahir Pancasila: Ekonomi Sudah Adil untuk Semua?” dok. Antara

0
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta (parade.id)- Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia meningkat tajam dari 30,6 persen pada 2019 menjadi 39,3 persen pada 2023.

Warisan utang pemerintahan Jokowi tersebut membuat pemerintahan Prabowo-Gibran memiliki beban utang jatuh tempo dengan besaran total Rp3.749 triliun pada tahun 2025 hingga 2029.

Related posts

Netty Aher Angkat Suara soal Meningkatnya Kasus Diabetes pada Anak

Evaluasi Seluruh Sistem Pengawasan Internal di RSHS

2025-04-12
ODGJ Meresahkan Masyarakat Diamankan Polsek Terbanggi Besar

ODGJ Meresahkan Masyarakat Diamankan Polsek Terbanggi Besar

2025-04-12

Presiden baru telah merencanakan banyak program yang membutuhkan anggaran yang sangat besar.

Bagaimana analisis dari para peneliti INDEF menanggapi fenomena ini?

Menurut Eko Listiyanto, Direktur Pengembangan Big Data INDEF, peningkatan defisit pada RAPBN, yang mana persentase defisit dianggarkan berkisar hingga 2,82 persen, merupakan keputusan yang cukup berisiko.

“Persentase ini membuat ruang maneuver untuk antisipasi gejolak ekonomi menjadi sangat terbatas, yaitu hanya sekitar Rp30 triliun,” katanya dalam keterangan saat diskusi, Kamis (4/7/2024).

Rilisnya RAPBN 2025 ini menurutnya membuat publik serta sektor bisnis menjadi resah terhadap situasi ekonomi di masa mendatang.

“Menggunakan analisis big data media sosial, peningkatan utang dianggap menjadi beban yang kurang bermanfaat dan seharusnya tidak diprioritaskan, sementara pemerintahan mendatang dianggap tidak dapat menyelesaikan/menangani permasalahan warisan utang.”

Hal ini kata dia justru berlawanan dengan teori ekonomi yang seringkali menyatakan bahwa ekspansi pengeluaran pemerintah biasanya disambut dengan baik oleh publik. Namun, reaksi ini rasional apabila melihat dari sektor bisnis yang juga semakin pesimis.

“Oleh karena itu, realisasi belanja anggaran harus rasional, yang mana target defisit moderat alih-alih agresif. Selain defisit fiskal, defisit neraca transaksi berjalan juga harus diperhatikan karena menggambarkan kestabilan cadangan devisa.”

Menurut Eisha M Rachbini, Direktur Program INDEF, kondisi APBN saat ini tidak baik-baik saja.

“Apabila melihat tren dalam beberapa dekade terakhir, terjadi pelebaran yang cukup signifikan antara penerimaan dengan belanja negara sejak pemerintahan Jokowi,” kata dia.

Profil belanja negara sendiri juga masih didominasi oleh pembayaran bunga utang, baru kemudian oleh belanja negara.

“Belanja modal sendiri masih rendah, bahkan lajunya cenderung menurun. Indonesia juga harus mengantisipasi jatuh tempo piutang 2025 yang mencapai Rp 800 triliun.”

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah harus memprioritaskan program yang memiliki efek multiplier yang tinggi, serta menunda program yang membebani fiskal.

“Dalam pelaksanaannya pun, pemerintah harus tetap prudent dalam pelaksanaannya, dengan tidak mengorbankan kapabilitas di masa mendatang dengan belanja jangka pendek.”

Sementara itu menurut Imaduddin Abdullah DIrektur Kolaborasi Internasional INDEF, salah satu sasaran utama visi Indonesia emas 2045 adalah pendapatan per kapita setara dengan negara maju.

“Demi mencapai hal tersebut, pendapatan per kapita harus mencapai minimal 7 persen dengan target optimum 8 persen. Namun, realitanya Indonesia sulit mencapai pertumbuhan 7 persen.”

“Demi mencapai pertumbuhan tinggi, dibutuhkan peningkatan investasi dari 2,5 persen ke 3 persen dan peningkatan produktivitas dari 1 persen menjadi 1,4 persen.”

FDI Indonesia cenderung lebih rendah dibanding negara-negara tetangga padahal FDI berperan penting untuk menarik pendanaan dan dapat menstimulasi produktivitas. Perbaikan iklim investasi penting untuk dilakukan dan FDI dapat diarahkan pada sektor yang mendukung industrialisasi.

“Anggaran pendidikan dan riset Indonesia masih relatif kecil sehingga menghambat perkembangan keterampilan dan pengetahuan masyarakat.”

Sejumlah dilema dari kebijakan fiskal Prabowo-Gibran adalah perlu menjaga defisit fiskal dan pembiayaan pembangunan di saat yang bersamaan, perlu melakukan mobilisasi penerimaan tanpa memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, serta melakukan stimulus fiskal untuk jangka pendek sembari menjaga stabilitas dan kesehatan fiskal jangka panjang.*

Tags: #Ekonomi#INDEF
Previous Post

Hotman Paris Goda Wanita di Kasus Hasyim Asy’ari untuk Jadi Asprinya

Next Post

Aksi Nasional Serentak KSBSI Tolak Tapera Tanggal 9 Juli

Next Post

Aksi Nasional Serentak KSBSI Tolak Tapera Tanggal 9 Juli

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Netty Aher Angkat Suara soal Meningkatnya Kasus Diabetes pada Anak

Evaluasi Seluruh Sistem Pengawasan Internal di RSHS

2025-04-12
ODGJ Meresahkan Masyarakat Diamankan Polsek Terbanggi Besar

ODGJ Meresahkan Masyarakat Diamankan Polsek Terbanggi Besar

2025-04-12
Hati Nurani JPU yang Tuntut HRS Enam Tahun Penjara Dipertanyakan

Evakuasi Warga Gaza Memuluskan Pembersihan Etnis

2025-04-11

Rutan Makassar Dinilai Rawan Bisnis Kejahatan karena Minim CCTV

2025-04-11
Ketua KPIPA: Gaza Butuh Bantuan Militer Indonesia’s Hentikan Genosida

Ketua KPIPA: Gaza Butuh Bantuan Militer Indonesia’s Hentikan Genosida

2025-04-11
Ketua PP Bicara soal Kepemimpinan Muhammadiyah Masa Depan

MUI Mempertanyakan Sikap Presiden Prabowo yang Berencana Mengevakuasi Warga Gaza

2025-04-10

Twitter

Facebook

Instagram

@paradeid

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Berita Populer

  • Netty Aher Angkat Suara soal Meningkatnya Kasus Diabetes pada Anak

    Evaluasi Seluruh Sistem Pengawasan Internal di RSHS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia Negara Muslim Terbesar di Dunia Harus Jadi Garda Terdepan Memerangi Islamofobia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Tempat yang Wajib Dikunjungi di Ciwidey Bandung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wahdah Islamiyah Audiensi dengan Kementerian ATR/BPN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Evakuasi Warga Gaza Memuluskan Pembersihan Etnis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tagar

#Anies #ASPEKIndonesia #Buruh #China #Cianjur #Covid19 #Covid_19 #Demokrat #Ekonomi #Hukum #Indonesia #Internasional #Jakarta #Jokowi #Keamanan #Kesehatan #Kolom #KPK #KSPI #Muhammadiyah #MUI #Nasional #Olahraga #Opini #Palestina #Pariwisata #PartaiBuruh #PDIP #Pendidikan #Pertahanan #Pilkada #PKS #Polri #Prabowo #Presiden #Rusia #RUUHIP #Siber #Sosbud #Sosial #Teknologi #TNI #Vaksin dpr politik

Arsip Berita

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Kontak
Email: redaksi@parade.id

© 2020 parade.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum
  • Pertahanan
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Opini
  • Profil
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Internasional
    • Pariwisata
    • Olahraga
    • Teknologi
    • Sosial dan Budaya

© 2020 parade.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In