Jakarta (PARADE.ID)- Habib Rizieq Shihab (HRS) dijadikan tersangka oleh aparat kepolisian dalam peristiwa Rumah Sakit (RS) Ummi Bogor. Kuasa hukum HRS, Aziz Yanuar angkat suara soal ini.
Menurut dia, status yang disandang oleh kliennya tersebut sangat jelas terlihat, bahwa orkestra melalui instrumen hukum yang menimpa HRS saat ini telah dikendalikan oleh kekuasaan politik dari penguasa zalim. Dan kezaliman ini menurut sia sudah sangat-sangat melampaui batas.
“Kami ingatkan Allah SWT berfirman :
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
‘Dan janganlah kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka hingga hari yang ketika itu mata mereka terbelalak.’ Q.S Ibrahim: 42) Demikian keterangannya kepada awak media.
وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا”
Dan Kami telah membinasakan penduduk negeri itu tatkala mereka berbuat dzalim, dan Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (Q.S Al-Kahfi: 59)
Sebagai pasien, adalah merupakan hak asasi dari HRS selaku pasien untuk tidak mengizinkan dan memublikasikan rekam medis kondisi kesehatannya. Tidak boleh ada upaya paksa dalam masalah kesehatan pasien.
Hal tersebut sebagaimana ketentuan Pasal 28G ayat (1) UUD 1945, Pasal 12 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Pasal 17 Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, Pasal 17 Huruf h dan i, Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik,
Pasal 22 Ayat (1) b Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, Pasal 52 UU No. 29/2004 Tentang Praktek Kedokteran, Pasal 32 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Pasal 79 huruf b dan c UU 29/2004 jo Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 4/PUU-V/2007 (hal. 120).
“Penerapan Pasal 14 UU No. 1 Th 1946 terhadap HRS dalam kasus di RS UMMI Bogor adalah jelas merupakan upaya untuk tetap melakukan isolasi terhadap HRS dalam penjara, ini adalah merupakan perbuatan zalim yang dibenci Allah SWT.”
HRS ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan surat nomor S.Tap/02/I/2021/Dittipidum tanggal 11 Januari 2021. HRS itetapkan sebagai tersangka dalam peristiwa di RS Ummi Bogor pada tanggal 27 November 2020.
(Rgs/PARADE.ID)