Jakarta (parade.id)- Pengurus Executive Commite Partai Buruh Bidang Anggaran dan Kebijakan Gede Sandra menyoal resesi global yang dirasa olehnya menjadi ancaman perekonomian Indonesia. Bahkan kata dia, Indonesia telah mengalami resesi—dalam pusaran awan gelap resesi global 2023.
“Hari ini resesi stagflasi kita dengar sebagai bentuk ancaman resesi global 2023. Setelah itu, banyak bermuncalan resesi atau krisis-krisis yang lainnya, seperti di tahun 1998 (krisis moneter), 2008 (The Great Resesoin), 2020 Pandemi Covid, dan ancaman tahun 2023 akibat perang Ukraina dan Rusia, karena dua negara tersebut merupakan penghasil energi dan gandum terbesar, sehingga akibat perang tersebut menimbulkan inflasi ekonomi dan mecetnya pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya, kepada parade.id, baru-baru ini.
“Para ekonom di Indonesia sudah mengatakan bahwa sekarang ini negara kita sudah mengalami resesi. Sekarang ini, harga-harga asset property seperti perumahan dan apartemen harganya sudah jatuh, 20-30 persen. Dan di berbagai negara sudah mengalami kejatuhan harga asset,” ia melanjutkan.
Kalau di ekonomi rakyat, kata dia, resesi ekonomi sudah mulai terjadi. Dinana hari ini, rakyat miskin mengalami kenaikan jumlahnya—dilihat dari inflasi yang naik hingga 15 persen.
Artinya rakyat misiin sudah mengalami tekor akibat krisis atau resesi global. Rakyat miskin perkotaan yang paling tidak aman dari situasi resesi seperti ini. Sebab, mereka semua tidak terserap dari lapangan pekerjaan atau bisa di sebut sebagai pengangguran. Dan mereka semua yang paling sensitive atas kenaikan harga pangan.
“Jawaban saya atas pertanyaan tersebut, adalah Indonesia sudah mengalami resesi global, walau masih di level kecil dan level yang besar akan dating pada awal tahun 2023,” katanya.
Menyoal peran pemerintah, Sandra mengatakan bahwa paling penting itu pemerintah harus menjamin perekonomian rakyat kecil pada saat resesi dan diberikan subsidi secara langsung dengan nilai yang besar, serta pemerintah juga harus membantu para industri agar tidak melakukan PHK kepada para pekerja.
Selain itu, kata dia, Pemerintah harus mulai melakukan re-negoisiasi terhadap jumlah utang kita, karena jumlah utang yang kita bayar tiap tahunnya terlalu besar. Pemerintah juga harus menegosiasikan mengenai pemotongan bunga utang.
“Hal yang selanjutnya dilakukan negara adalah membuat kebijakan politik, mengenai penurunan harga bahan pokok dan BBM, yang tentu saja kemudian akan membantu pemerintah dalam menghadapi resesi global,” tambahnya.
Agar rakyat dapat bertahan di tengah resesi global, hal yang setidaknya perlu dilakukan oleh rakyat adalah harus lebih kritis akan situasi, karena rakyat adalah korban.
“Rakyat harus mengawasi peran pemerintah dalam pengelolaan keuangan dan menuntut pemerintah ketika pemerintah lepas tangan dari situasi resesi seperti ini,” pungkasnya.
Resesi seacara teknis artinya pertumbuhan ekonominya cendrung ke arah negatif. Kalau dalam ekonomi politik, resesi global ini merupakan buah hasil dari sistem ekonomi kapitalisme. Resesi global pertama kali dialami dunia dan paling parah terjadi, pada tahun 1930 yang dinamakan Depresi Ekonomi, yang terjadi di negara Amerika dan Eropa.
Dampak dari situasi tersebut, output di negara industri, sekitar 40 persen menghilang, dan itu terjadi deflasi atau harg barang jatuh. Kemudian, ditahun 1970-an, yang kemudian dinamakan stagflasi. Resesi stagflasi pernah terjadi di Amerika dan Eropa.
(Verry/parade.id)