Jakarta (parade.id)- Ketua Majelis Syura Partai Ummat, Prof. Amien Rais, melalui akun YouTube pribadinya pada Ahad (22/6/2025), menyampaikan pandangannya mengenai konflik Iran-“Israel”. Ia menyatakan bahwa peristiwa ini telah mengubah mitos atau takhayul tentang Israel sebagai negara paling perkasa di kawasan Timur Tengah, sekaligus membuka kembali harapan kebangkitan dunia Islam pada abad ke-15 Hijriah.
Amien, yang berusia 81 tahun, mengenang kembali saat 40 tahun lalu dunia Islam menyongsong awal abad ke-15 Hijriah dengan seminar-seminar bertema kebangkitan Islam (Islamic Revival). Ia menceritakan pengalamannya menghadiri seminar di Islamabad, Pakistan, sementara Taufik Ismail menghadiri festival kebudayaan Islam di London, Inggris. Namun, ia mengakui bahwa hingga kini, perkembangan budaya, peradaban, dan ilmu pengetahuan serta teknologi (IPTEK) di dunia Islam masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara maju lainnya.
Dalam analisisnya, mantan Ketua MPR itu, menegaskan bahwa apa yang terjadi selama sekitar 10 hari terakhir antara Iran dan “Israel” telah mengubah persepsi. Ia secara eksplisit menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sangat pantas diperlakukan sebagai penjahat perang dan harus segera dikirim ke penjara, seperti Radovan Karadžić dan Ratko Mladić, penjahat perang Serbia yang dijatuhi hukuman oleh tribunal internasional PBB atas genosida dan pembersihan etnis di Bosnia dan Kroasia.
Amien menuduh Netanyahu dan para perdana menteri Israel sebelumnya, seperti Menachem Begin dan Ariel Sharon, telah bertanggung jawab atas lenyapnya ratusan ribu nyawa rakyat Palestina.
Menurut Amien, abad ke-15 Hijriah sebagai abad kebangkitan dunia Islam kini terdengar masuk akal setelah dunia menyaksikan perang Iran-“Israel”, yang ia sebut dimulai dengan serangan Israel ke Iran pada 7 Oktober 2023. Ia mengklaim bahwa semula pembunuhan massal atas rakyat Palestina oleh Netanyahu tampak tak bisa dihentikan, namun peristiwa pada Jumat, 13 Juni lalu, menunjukkan keajaiban yang di luar perhitungan “Israel”.
“Protokol Zionis yang sombongnya sudah kelewatan berpikir Iran tak mungkin menyerang balik ke Israel karena peralatan tempurnya masih di bawah level “Israel”,” kata Amien. Namun, ia melanjutkan, mereka terkejut melihat rudal Iran lebih canggih dan sistem penangkal rudal Iron Dome “Israel” seolah tidak berguna karena sebagian besar rudal Iran, seperti Sahab, Qiam, Fatah, dan Imad, mampu menghancurkan instalasi dan gedung militer Israel di Haifa maupun Tel Aviv.
Amien menyimpulkan bahwa perang selama 10 hari terakhir telah memastikan Iran sebagai pemenang dan “Israel” sebagai pecundang. Ia menyebut Netanyahu buru-buru menerapkan keadaan darurat nasional dan mengimbau negara-negara sahabat untuk membantu, namun hanya Amerika Serikat di bawah Donald Trump yang bersedia mempertimbangkan, sedangkan Inggris dan Jerman hanya sebatas pernyataan dukungan.
“Sementara itu, Tiongkok, Jepang, Korea Utara, Turki, dan negara-negara Arab seperti Mesir dan Arab Saudi, meminta perang segera dihentikan dan mengingatkan Amerika Serikat untuk tidak ikut campur,” katanya.
Apa yang diimpikan oleh sekitar 2 miliar penduduk dunia Islam untuk menjadikan abad ke-15 Hijriah sebagai abad kebangkitan Islam, kini menurut Amien, nampak terbuka kembali. Ia mengakui bahwa Iran memang berada di depan dalam kecanggihan ilmu dan teknologinya, keberaniannya menghadapi negara-negara yang mengidap islamofobia, serta kepemimpinan yang tidak tergiur kemewahan dunia.
Amien menutup videonya dengan mengingatkan saran Syekh Mahmud Syaltut, Syekhul Azhar bermazhab Sunni, tentang pentingnya mempelajari kemungkinan pendekatan antara Sunni dan Syiah. Ia juga berbagi pengalamannya berkunjung ke Iran, termasuk ke perpustakaan besar di Qom yang memiliki interkoneksi dengan Library of Congress AS, menunjukkan semangat ulama Iran dalam mengejar ilmu.
“Belum terlambat jika dunia Islam ingin berjuang keras untuk menjadikan abad 15 Hijriah sebagai abad kebangkitan Islam,” pungkasnya, berharap dunia Islam dapat kembali mengangkat kepala dan tidak lagi diperdaya oleh Barat yang, menurutnya, berupaya memperkecil dan menyadap sumber daya alam kaya di dunia Islam.*