Jakarta (parade.id)– Dalam sebuah forum, Muhammad Said Didu dengan gamblang menyampaikan kekecewaan dan kegelisahan yang mendalam. Dia menggambarkan janji-janji Prabowo selama ini bagai “fatamorgana” – harapan palsu yang lenyap begitu saja.
“Kita seakan-akan sering dapat fatamorgana dari beliau,” ujar Said Didu, seraya memberi contoh janji pembentukan tim reformasi kepolisian yang tak jelas juntrungnya, hingga pernyataan soal proyek Kereta Cepat Whoosh, dalam diskusi publik “Skandal Whoosh-Pintu Masuk Bongkar Korupsi Jokowi”, Rabu (5/11/2025), di Jakarta.
Puncak kekecewaannya adalah sambutan Prabowo beberapa waktu lalu yang, menurutnya, menjadi “belokan salah”. Didu menafsirkan pernyataan tanpa teks Prabowo yang dianggapnya keluar dari hati itu sebagai sinyal bahwa Prabowo akan “memasang badan” untuk melindungi segala kesalahan dan koruptor di era Jokowi.
“Kemarin seakan-akan saya menyatakan: ‘Aku sudah tidak lagi boleh kalian harapkan dari pemerintahan korupsi, karena aku akan lindungi koruptor-koruptor Jokowi dan kawan-kawan’. Itu kira-kira pernyataannya kemarin,” tegasnya.
Akibat pernyataan itu, Didu mengaku tidak bisa tidur karena harapannya hancur. Harapan yang dimaksud adalah empat program andalan Prabowo: pemberantas korupsi, pemerintahan bersih, pengambilalihan aset negara, dan penyingkiran oligarki.
Said Didu juga menyoroti proyek Kereta Cepat Whoosh yang menurutnya penuh kejanggalan. “Saya pikir anak kecil juga tahu bahwa itu ada markup. Itu pasti ada kongkalikong,” katanya.
Dia mempertanyakan, jika Prabowo mengambil alih tanggung jawab atas segala kesalahan Jokowi, apakah itu berarti Prabowo juga akan “memasang badan” untuk melindungi para petinggi seperti Luhut Pandjaitan, Erick Thohir, dan Rini Soemarno?
Meski diliputi kekecewaan, mantan Sekretaris BUMN ini mengakhiri dengan sedikit metafora balapan. Dia berharap pernyataan kontroversial Prabowo itu hanyalah “tikungan salah” seperti pembalap Valentino Rossi yang slip di dua tikungan terakhir, tetapi masih bisa membalik dan finis dengan benar.
“Ya mudah-mudahan Pak Prabowo kemarin itu dua tikungan sebelum finish, sehingga dia menyadari dia kemarin salah mengambil tikungan,” pungkasnya, masih menyisakan secuil harapan di tengah keputusasaan yang mendominasi analisanya.*







