Jakarta (parade.id)- Aliansi Perlawanan Rakyat 17 Agustus ’45 kembali menarik perhatian dengan gerakan unik pengibaran bendera One Piece pada Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2025. Bukan sekadar seremonial, aksi ini dirancang sebagai simbol perlawanan keras terhadap apa yang mereka sebut sebagai “kemerdekaan palsu” dan pengkhianatan elit politik yang menggerogoti janji reformasi.
Melalui lomba “Upacara Bendera One Piece dengan Kultur Bajak Laut,” gerakan ini mengajak warga dari berbagai latar belakang—mahasiswa, seniman, aktivis, dan pekerja—untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka lewat simbol budaya pop yang sarat makna perlawanan dan kebebasan.
Namun, tindakan ini juga memunculkan kontroversi tajam di tengah masyarakat dan elite politik. Di satu sisi, bendera Jolly Roger dari anime Jepang ini dianggap sebagai bentuk ekspresi politik yang sah atas kekecewaan terhadap kebijakan seperti Omnibus Law dan RKUHAP, yang dinilai membatasi kebebasan dan menjegal keadilan.
Di sisi lain, pemerintah dan sejumlah tokoh menyuarakan kekhawatiran bahwa pengibaran bendera ini berpotensi mengancam persatuan dan menodai makna sakral Hari Kemerdekaan Indonesia, bahkan bisa dianggap sebagai pemecah belah bangsa.
Aliansi ini menegaskan, pengibaran bendera hitam bergambar bajak laut bukanlah upaya mengkhianati bangsa, melainkan seruan kuat rakyat yang “muak dibohongi” dan masih berani bermimpi untuk Indonesia yang merdeka sejati. Mereka mengajak masyarakat luas untuk ikut serta mengibarkan simbol ini di rumah, jalanan, kampus, hingga dunia maya, sebagai bentuk tekanan agar suara rakyat tidak terus diabaikan.
Gerakan ini menantang pemerintah dan elit politik untuk segera mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai “era Indonesia Gelap”—periode di mana keadilan dijual murah dan kebebasan semakin dipersempit.
Pertanyaannya kini: Apakah pengibaran bendera One Piece akan menjadi tonggak protes damai yang menggugah perubahan, atau justru memicu polarisasi yang memperburuk kondisi politik nasional?
Kontra Tirano, juru bicara aliansi menegaskan acara nanti “wujud” muak dibohongi. “Kami bukan musuh bangsa, kami adalah rakyat yang muak dibohongi. Kibarkan bendera hitam, tunjukkan bahwa kita masih berani bermimpi tentang Indonesia yang merdeka sungguhan,” kata dia.*