Iran (parade.id)- Presiden Iran Ebrahim Raisi menuduh Presiden Amerika Serikat Joe Biden “menghasut kekacauan”, setelah dia menyatakan dukungannya untuk demonstrasi menentang kematian Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal dalam tahanan pemerintah Iran hampir sebulan lalu.
Protes dimulai pada pertengahan September setelah Amini, 22, meninggal setelah tiga hari dalam tahanan “polisi moral” Iran karena diduga melanggar aturan berpakaian yang ketat untuk wanita.
“Pernyataan presiden Amerika – yang menghasut kekacauan, teror, dan penghancuran negara lain–berfungsi sebagai pengingat kata-kata abadi pendiri Republik Islam yang menyebut Amerika Setan Besar,” kata Raisi, merujuk pada Almarhum Ayatollah Ruhollah Khomeini.
“Plot musuh harus dilawan dengan langkah-langkah efektif untuk menyelesaikan masalah rakyat,” kata Raisi, menurut pernyataan dari kantor presiden, kemarin, dikutip Aljazeera.
Puluhan orang tewas dalam protes tersebut. Sebagian besar adalah pengunjuk rasa, tetapi anggota pasukan keamanan juga tewas. Ratusan demonstran telah ditangkap. Pada hari Jumat, Biden berkata, “Kami berdiri bersama warga, para wanita pemberani Iran.”
“Itu mengejutkan saya apa yang terbangun di Iran. Itu membangkitkan sesuatu yang menurutku tidak akan tenang untuk waktu yang sangat lama,” kata presiden AS.
Juru bicara urusan luar negeri Iran Nasser Kanani mengatakan pada hari Minggu, “Iran terlalu kuat untuk keinginannya untuk terpengaruh oleh campur tangan … seorang politisi lelah bertahun-tahun gagal.”
“Kami akan bersama-sama mempertahankan kemerdekaan Iran,” tulis Kanani di Instagram.
AS mengeluarkan sanksi baru terhadap pejabat Iran pada 6 Oktober atas apa yang disebutnya “penindasan kekerasan terhadap protes”.
(Irm/parade.id)