Senin, Mei 19, 2025
  • Info Iklan
Parade.id
  • Login
No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum
  • Pertahanan
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Opini
  • Profil
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Internasional
    • Pariwisata
    • Olahraga
    • Teknologi
    • Sosial dan Budaya
Parade.id
Home Nasional Ekonomi

Ekonomi Indonesia Alami Kontraksi Cukup Dalam

redaksi by redaksi
2020-08-05
in Ekonomi, Nasional
0

Ekonom Faisal Basri

0
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta (PARADE.ID)- Sesuai dengan prediksi banyak kalangan, perekonomian Indonesia menciut pada triwulan II-2020. Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data produk domestik bruto (PDB) terbaru yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 5,32 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu. Karena pertumbuhan pada triwulan pertama hanya 2,97 persen, maka pertumbuhan kumulatif sampai semester pertama tahun ini pun terkontraksi sebesar 2,95 persen. Ini adalah kontraksi ekonomi pertama sejak krisis terparah tahun 1998.

tidak diketahui.svg

Related posts

Netty Aher Angkat Suara soal Meningkatnya Kasus Diabetes pada Anak

Evaluasi Seluruh Sistem Pengawasan Internal di RSHS

2025-04-12
ODGJ Meresahkan Masyarakat Diamankan Polsek Terbanggi Besar

ODGJ Meresahkan Masyarakat Diamankan Polsek Terbanggi Besar

2025-04-12

image-11.png

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Dua sektor yang terimbas paling berat akibat pandemik COVID-19 melorot paling dalam, yaitu  Transportasi dan Akomodasi & makan minum, masing-masing mengalami kontraksi sebesar 30,8 persen dan 22 persen pada triwulan II-2020 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2019. Namun, karena sumbangan kedua sektor ini bagi perekonomian relatif kecil (5,85 persen), pengaruhnya terhadap pertumbuhan PDB tidak dominan. PSBB dan kemerosotan turis mancanegara sangat memukul kedua sektor ini.

image-14.png

Industri manufaktur—yang merupakan penyumbang terbesar (19,8 persen) PDB—juga mengalami kontraksi cukup dalam, yaitu 6,2 persen. Dari 15 kelompok industri, hanya empat yang masih tumbuh, sedangkan 11 sisanya mengalami kontraksi. Industri alat angkutan menderita kontraksi terparah sebesar 34,3 persen. Gelagatnya sudah terlihat dari data penjualan sepeda motor dan otomotif.

image-12.png

image-13.png

Tujuh sektor ekonomi lainnya pun mengalami kontraksi pada triwulan II-2020. Dua sektor menikmati peningkatan laju pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor informasi & komunikasi meraih pertumbuhan tertinggi (10,9 persen). Ada pun sektor pertanian tumbuh positif sebesar 2,19 persen akibat pergeseran musim panen. Empat sektor mengalami penurunan Pertumbuhan namun masih positif dan satu sektor lainnya tumbuh sama dengan triwulan sebelumnya. 

Dari sisi pengeluaran, investasi fisik (pembentukan modal tetap bruto) mengalami pukulan paling berat (-8,6 persen).  Komponen penyumbang terbesar kedua bagi PDB ini tak pernah mengalami kontraksi sejak krisis 1998. Sejak 1960, kontraksi investasi fisik baru terjadi enam kali, yaitu tahun 1962, 1963, 1967, 1984, 1998, dan 1999. Indikasi kontraksi investasi sudah terlihat dalam beberapa bulan terakhir. Pertama, berdasarkan data BKPM, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) pada triwulan kedua 2020 merosot sebesar 4,3 persen (year-on-year). Sementara itu pertumbuhan kredit perbankan terus melanjutkan pelemahan dan sudah 13 bulan berturut-turut hanya tumbuh satu digit.

image-15.png

Konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen terbesar dalam PDB dengan kontribusi 58 persen, akhirnya merosot atau mengalami kontraksi sebesar 5,51 persen. Kejadian ini hampir hampir sama parahnya dengan krisis 1998 ketika pertumbuhan konsumsi rumah tangga  minus 6,17 persen. Di era Orde Lama sejak 1960, konsumsi rumah tangga hanya dua kali mengalami kontraksi, yaitutahun 1963 sebesar 3,95 persen dan tahun 1966 sebesar 1,46 persen.

Suntikan APBN berupa bantuan sosial bagi penduduk miskin dan rentan serta terdampak pandemik COVID-19 sangat membantu untuk menahan kemerosotan lebih dalam.

Kemerosotan PDB tertolong oleh ekspor neto barang dan jasa (ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa). Ini terjadi karena impor merosot lebih tajam ketimbang penurunan ekspor, masing-masing 16,96 persen dan 11,66 persen.

Karena konsumsi pemerintah juga turun, maka semua komponen pengeluaran telah mengalami kontraksi.

Mengingat sampai sejauh ini pandemik COVID-19 belum kunjung mencapai puncak kurva, besar kemungkinan kontraksi ekonomi bakal berlanjut pada triwulan mendatang walaupun tak sedalam triwulan kedua. Jika demikian, berarti dua triwulan berturut-turut mengalami kontraksi, sehingga Indonesia bakal memasuk resesi.

Pemerintah sepatutnya tidak memaksakan diri agar terhindar dari resesi dengan mengutamakan agenda pemulihan ekonomi ketimbang pengendalian COVID-19. Jika dipaksakan, resesi berpotensi lebih panjang sehingga menelan ongkos ekonomi dan sosial kian besar. Lebih realistis jika pemerintah berupaya maksimum mengendalikan COVID-19 agar perekonomian bisa tumbuh positif kembali pada triwulan terakhir tahun ini sehingga tahun 2021 bisa melaju lebih kencang.

*Ekonom, Faisal Basri

Tags: #Ekonom#Ekonomi#Indonesia#Nasional
Previous Post

Diskrikiminasi, Ratusan Pekerja IMIP Demo Manajemen

Next Post

(Foto) Pascaledakan Besar di Beirut

Next Post
(Foto) Pascaledakan Besar di Beirut

(Foto) Pascaledakan Besar di Beirut

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Netty Aher Angkat Suara soal Meningkatnya Kasus Diabetes pada Anak

Evaluasi Seluruh Sistem Pengawasan Internal di RSHS

2025-04-12
ODGJ Meresahkan Masyarakat Diamankan Polsek Terbanggi Besar

ODGJ Meresahkan Masyarakat Diamankan Polsek Terbanggi Besar

2025-04-12
Hati Nurani JPU yang Tuntut HRS Enam Tahun Penjara Dipertanyakan

Evakuasi Warga Gaza Memuluskan Pembersihan Etnis

2025-04-11

Rutan Makassar Dinilai Rawan Bisnis Kejahatan karena Minim CCTV

2025-04-11
Ketua KPIPA: Gaza Butuh Bantuan Militer Indonesia’s Hentikan Genosida

Ketua KPIPA: Gaza Butuh Bantuan Militer Indonesia’s Hentikan Genosida

2025-04-11
Ketua PP Bicara soal Kepemimpinan Muhammadiyah Masa Depan

MUI Mempertanyakan Sikap Presiden Prabowo yang Berencana Mengevakuasi Warga Gaza

2025-04-10

Twitter

Facebook

Instagram

@paradeid

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Berita Populer

  • Netty Aher Angkat Suara soal Meningkatnya Kasus Diabetes pada Anak

    Evaluasi Seluruh Sistem Pengawasan Internal di RSHS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia Negara Muslim Terbesar di Dunia Harus Jadi Garda Terdepan Memerangi Islamofobia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Tempat yang Wajib Dikunjungi di Ciwidey Bandung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Evakuasi Warga Gaza Memuluskan Pembersihan Etnis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wahdah Islamiyah Audiensi dengan Kementerian ATR/BPN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tagar

#Anies #ASPEKIndonesia #Buruh #China #Cianjur #Covid19 #Covid_19 #Demokrat #Ekonomi #Hukum #Indonesia #Internasional #Jakarta #Jokowi #Keamanan #Kesehatan #Kolom #KPK #KSPI #Muhammadiyah #MUI #Nasional #Olahraga #Opini #Palestina #Pariwisata #PartaiBuruh #PDIP #Pendidikan #Pertahanan #Pilkada #PKS #Polri #Prabowo #Presiden #Rusia #RUUHIP #Siber #Sosbud #Sosial #Teknologi #TNI #Vaksin dpr politik

Arsip Berita

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Kontak
Email: redaksi@parade.id

© 2020 parade.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum
  • Pertahanan
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Opini
  • Profil
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Internasional
    • Pariwisata
    • Olahraga
    • Teknologi
    • Sosial dan Budaya

© 2020 parade.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In