Depok (parade.id)- Minggu ini, direncakan bahwa kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), salah satunya jenis pertalite akan terealisasi. Hal itu sebagaimana disampaikan salah satu pejabat pemerintah, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan baru-baru ini.
Luhut beralasan, salah satunya karena membebani APBN. Kenaikan akan langsung diumumkan oleh Presiden Jokowi.
Jika jadi naik, boleh jadi ini akan mempengaruhi banyak pihak, tak terkecuali driver Ojek Online (Ojol). Lantas, bagaimana pendapat, pandangan, atau komentar Ojol?
Dalam hal ini, parade.id memiliki kesempatan mewawancarai Ketua Umum Serikat Ojol Indonesia (SEROJA) sekaligus Ketua Presidium Koalisi Ojol Nasional (KON), Andi Kristiyanto perihal itu. Berikut hasil wawancaranya, kemarin, di Depok, Jawa Barat:
Apa komentar/pandangan Anda soal rencana kenaikan harga pertalite?
Mau dilihat dari sudut mana? Dari sudut masyarakat pada umumnya atau masyarakat ojek online (ojol)?
Kalau dari ojol, dengan rencana kenaikan BBM jenis pertalite, pastinya akan memberikan dampak yang besar untuk driver ojol. Sebab, bagaimanapun juga kebanyakan dari kami masih menggunakan bahan bakar pertalite, walaupun memang sudah ada beberapa driver yang menggunakan motor bertenaga listrik. Tapi jika pertalite benar mengalami kenaikan berarti akan mengurangi penghasilan yang akan kami bawa pulang untuk diberikan ke keluarga. Bagaimana tidak? Dana yang seharusnya dialokasikan untuk kebutuhan dapur sekarang dialihkan untuk membeli BBM. Sedangkan jumlah orderan saat ini sangat relatif terbatas dan tidak merata, hanya di daerah-daerah tertentu yang banjir order dan bahkan hanya kepada driver-driver tertentu.
Bisa diuraikan?
Begini, tidak semua wilayah banjir dengan order atau pemesanan, tergantung dari tingkat konsumtif customer di waliyah tersebut. Sedangkan supply and demand order untuk saat ini sangat tidak berimbang. Jumlah mitra driver sangat banyak namun minim orderan.
Sekarang orderan sudah sangat minim dan penghasilan mitra driver yang bisa dibawa pulang itu sudah bisa relatif terukur. Ya, paling besar pendapatan antara 150.000-200.000 kotor/hari. Mungkin banyak faktor yang bisa mempengaruhi penurunan pendapatan mitra driver, mungkin daya konsumtif yang berkurang saat ini, atau mungkin tidak adanya promo yang dilakukan oleh pihak aplikator bahkan mungkin dengan tarif yang dianggap relatif mahal bagi customer. Bagaimana tidak tarif ini tergolong relatif mahal, karena banyak biaya tambahan yang dibebankan kepada customer.
Contoh biaya pengunaan aplikasi, biaya pemesanan dan lain-lain. Otomatis akan menambah besar tarif yang harus dibayarkan oleh customer, sedangkan pendapatan mitra hanya sebatas jasa pengantaran saja yang di hitung dari jarak kilometer. Sedangkan jarak kilometer mempengaruhi besaran bahan bakar yang digunakan untuk melakukan pengantaran. Ironis sekali menurut saya.
Jadi mestinya bagaimana?
Kalau kita kembali bicara tentang kenaikan BBM, setidaknya pemerintah melakukan uji kelayakan sebelum mengeluarkan sebuah kebijakan. Sebab, masyarakat kita baru akan bangkit dari keterpurukan selama dua tahun diterpa wabah pandemi Covid-19. Banyak sektor usaha yang lumpuh. Baru mau bangkit semua malah dinaikin. Mungkin para pejabat negeri ini tidak mengalami dampak segala bentuk kenaikan harga, mereka serba kecukupan, kok. Makanya sering dan banyak statement bahkan kebijakan yang nyeleneh tanpa memikirkan kondisi masyarakat saat ini. Efektif menurut saya adalah mengkaji secara mendalam sebelum mengeluarkan sebuah kebijakan.
Apa yang harus dilakukan jika demikian?
Harusnya pemerintah melihat kondisi kalangan masyarakat menengah ke bawah, di mana masih banyak membutuhkan bantuan dan subsidi dari pemerintah untuk perihal BBM, khususnya pertalite kepada semua kalangan, khususnya di kalangan yang bekerja pada sektor, yang menggunakan alat transportasi. Sebab sangat ironi Indonesia salah satu negara penghasil minyak tetapi masyarakatnya susah untuk mendapatkan manfaat dari tanah kelahiran mereka. Masyarakat harus membayar mahal untuk menikmati hasil dari kekayaan Ibu Pertiwi. Jangan cuma para oligarki dan penguasa yang bisa menikmati isi dari kekayaan Ibu Pertiwi ini.
Jadi menolak BBM naik?
Kami menolak. Sangat menolak. Sebab kami sebagai driver Ojol belum bisa bangkit dari kerpurukan secara ekonomi setelah dua tahun dilanda pandemi Covid-19. Pendapatan harian kami semakin relatif tidak stabil. Dan saya berharap Kementerian BUMN, khususnya kepada Bapak Erick Thohir lebih cermat dan bijak dalam membuat keputusan mengenai kenaikan harga BBM.
Jika tetap dijalankan keputusan kenaikan itu, berarti kami menganggap beliau gagal sebagai menteri BUMN. Kalau jadi menteri saja orientasinya sudah pada bisnis, bagaimana seandainya beliau memang benar menjadi Wakil Presiden? (tertawa)
Apa yang sudah (akan) dilakukan?
Pastinya kita sebagai penggiat transportasi (Ojol) tidak akan diam. Saya pastikan Kita akan turun ke jalan secara masif. BBM masih menjadi ruh dalam kendaraan kami. Dan kami akan bergerak. Memang saat ini motor listrik menjadi program pemerintah tetapi siapa yang akan diuntungkan dari program ini ? Pemerintah lebih memilih mensejahterakan masyarakatnya atau mensejahterakan koleganya?
Bagaimana Anda melihat ada info kelompok yang akan aksi?
Itu kan teknis, ya. Adapun misalnya dirasa perlu kita gabung ke elemen lain, berbaur, kita akan ikut. Sebab Ojol kan bagian dari masyarakat. Atau boleh jadi akan ada momen tersendiri untuk melakukan aksi. Jadi untuk seluruh elemen itu, hal wajar karena dampaknya bukan hanya ke kita. Repot kan jika sistem transportasi mengalami kelumpuhan. Secara ekonomi pasti akan berpengaruh. Mobilitas masyarakat akan sangat terpengaruh.
Bicara subsidi, APBN terbebani?
Memang terbebani. Tapi kan, itu karena biaya pembangunan infrastruktur yang sangat besar dan gencar dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan keuangan dan anggaran pemerintah di segala sektor dialokasikan untuk penanganan Covid-19. Sedangkan project infrastruktur tetap berjalan dari mana uangnya kalau bukan dari pinjaman atau utang. Siapa yang akan terbebani? Negara? Siapa yang terkena dampak beban itu? Masyarakat yang harus menanggung utang negara. Makanya semua serba naik, pajak naik, semua tarif naik. Cuma pendapatan ojek online saja yang ngga naik. (tertawa)
Apa wejangan atau sikap Anda?
Apa pun yang terjadi, permasalahan di tingkat dunia, memang pasti akan berdampak dan mempengaruhi sistem ataupun stabilitas perekonomian di sebuah negara, apalagi kita negara berkembang, pasti sangat terasa imbas atau efeknya. Tapi satu hal yang harus diingat tujuan dari UUD 1945 (amandemen) adalah menciptakan masyarakat adil, makmur dan sejahtera yang bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bukan hanya dirasakan oleh kelompok-kelompok tertentu.
Demikian wawancara eksklusif parade.id dengan Ketua Umum SEROJA, Andi Kristianto. Berikut singkat mengenai SEROJA:
Profil SEROJA
SEROJA adalah suatu organisasi yang menjadi wadah semua driver dari berbagai aplikator yang ada di Indonesia, baik yang mempunyai komunitas maupun tidak (personal). Kami (SEROJA) menyerap aspirasi serta memperjuangkan apa yang menjadi hak para mitra driver yang selama ini “diperkosa” oleh para penyedia layanan berbasis aplikasi (aplikator).
Visi dan misi Serikat Ojol Indonesia (SEROJA)
Pertama, kami memiliki visi misi memperjuangkan apa menjadi hak mitra.
Kedua, adalah Kesejahteraan bagi para mitra driver ojol, walaupun sejahtera adalah kata yang relatif. Namun Minimal kita bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ketiga, memperjuangkan Keadilan bagi mitra Ojol dalam bentuk payung hukum dan bisa diakui keberadaannya di negeri ini. Agar seluruh haknya dapat dilindungi oleh hukum/aturan yang berlaku di negeri ini.
Kantor/Sekretariat
Jl. Raya Ulujami No. 1, Pesanggarahan, Jakarta Selatan