Amerika Serikat (PARADE.ID)- Salah satu sekolah menengah berbasis agama (Katolik) di Negara bagian Amerika Serikat (AS), yakni Massachusetts mengibarkan bendera Gay Pride dan Black Lives Matter. Akibat pengibaran bendera tersebut, uskup gereja Katolik Keuskupan Worcester menyatakan bahwa sekolah itu sudah tidak lagi disebut sebagai sekolah Katolik.
Nativity School of Worcester, yang mengatakan tata kelola dan kontrol operasi sekolah sepenuhnya independen dari keuskupan dan tidak menerima dana dari mereka, bersumpah untuk mengajukan banding atas keputusan uskup.
Uskup Robert J. McManus Kamis mengutip surat terbuka kepada sekolah tersebut pada awal Mei sebagai bagian dari alasan keputusannya.
“Saya secara terbuka menyatakan dalam sebuah surat terbuka … bahwa ‘simbol (bendera) ini mewujudkan agenda atau ideologi tertentu (yang) bertentangan dengan ajaran sosial dan moral Katolik,'” kata McManus, kata dia.
“Menurut pendapat saya, bendera ‘Kebanggaan Gay’ mewakili dukungan pernikahan gay dan secara aktif menjalani gaya hidup LGBTQ+. Ini juga berlaku untuk ‘Black Lives Matter’,” kata McManus, dikutip cnn.com.
“Gereja Katolik mengajarkan bahwa semua kehidupan itu suci dan Gereja tentu saja berdiri dengan tegas di belakang ungkapan ‘kehidupan hitam itu penting’ dan dengan tegas menegaskan bahwa semua kehidupan itu penting.”
Setelah tahun ajaran berjalan, sekolah tidak dapat mengidentifikasi dan menggambarkan dirinya sebagai Katolik, kata McManus. Misa Katolik dilarang di halaman sekolah bersama dengan misa yang disponsori sekolah di gereja atau kapel mana pun di Keuskupan Worcester, di antara dampak lainnya, kata McManus.
Sekolah mengutip panggilan dari siswa, yang mayoritas adalah orang kulit berwarna, sebagai salah satu alasan untuk mengibarkan bendera mulai Januari 2021.
“Sebagai sekolah multikultural, bendera mewakili inklusi dan rasa hormat semua orang,” kata presiden sekolah, Thomas McKenney, dalam sebuah pernyataan menanggapi keputusan uskup.
“Bendera ini hanya menyatakan bahwa semua diterima di Nativity dan nilai inklusi ini berakar pada ajaran Katolik. Kedua bendera sekarang dipahami secara luas untuk merayakan martabat manusia dari kerabat, teman, dan tetangga kita yang telah menghadapi, dan terus menghadapi kebencian dan diskriminasi,” kata McKenney.
“Meskipun simbol atau bendera apa pun dapat dikooptasi oleh kelompok atau organisasi politik, mengibarkan bendera kami bukanlah dukungan dari organisasi atau ideologi mana pun. Mereka berkibar untuk mendukung orang-orang yang terpinggirkan.”
Sekolah mengatakan akan terus mengibarkan bendera “untuk memberikan kesaksian nyata tentang solidaritas sekolah dengan siswa kami, keluarga, dan komunitas mereka,” kata McKenney.
“Komitmen pada misi kami, yang didasarkan dan dijiwai oleh nilai-nilai Injil, Ajaran Sosial Katolik, dan warisan Jesuit kami memaksa kami untuk melakukannya.”
(Irm/PARADE.ID)