Jakarta (parade.id)- Mantan Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal menyampaikan keraguan mendalam terhadap kesimpulan bahwa diplomat muda Aryadharu meninggal karena bunuh diri. Dalam pernyataannya, Dino mengajukan lima argumen kuat yang mempertanyakan temuan resmi kasus kematian diplomat yang sempat akan bertugas di Finlandia tersebut.
Merespons pertanyaan publik mengenai opininya tentang kasus Diplomat Muda Aryadharu, Dino dengan tegas menyatakan kesulitannya menerima kesimpulan bunuh diri. Pandangan ini, menurutnya, sejalan dengan keluarga Aryadharu dan sebagian besar masyarakat.
Dino mempertanyakan metode bunuh diri yang diduga dilakukan Aryadharu. “Pertama kali saya mendengar bahwa dia bunuh diri dengan cara lakban, saya mengatakan tidak pernah seumur hidup saya mendengar orang bunuh diri dengan cara lakban,” ujar mantan diplomat senior ini lewat video pendek yang diunggaj akun X-nya, kemarin.
Menurutnya, umumnya orang yang hendak mengakhiri hidup memilih cara konvensional yang tidak menyengsarakan diri sendiri.
Sebagai seorang diplomat berpengalaman, Dino menyoroti fakta bahwa Aryadharu akan segera bertugas di Finlandia – salah satu penugasan idaman bagi diplomat Indonesia.
“Sebagai diplomat, saya paham sekali orang yang mau posting di luar negeri itu merasa sangat antusias, penuh gairah dan gelora hidup,” jelasnya. Psikologi ini, lanjut Dino, sangat bertentangan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami depresi hingga berniat bunuh diri.
Bahkan jika Aryadharu menghadapi masalah pribadi atau pekerjaan, seorang diplomat yang akan bertugas di luar negeri biasanya merasa lega karena akan meninggalkan beban tersebut.
Kejanggalan ketiga yang disorot adalah tidak adanya pesan kematian yang ditinggalkan Aryadharu untuk keluarganya. “Orang yang mau bunuh diri itu, apalagi orang yang sangat dekat dengan istri dan anak-anaknya, pasti akan meninggalkan pesan pribadi bagi keluarganya,” tegas Dino.
Hilangnya handphone Aryadharu yang tak pernah ditemukan hingga kini juga menimbulkan tanda tanya besar. Menurut Dino, orang yang hendak bunuh diri biasanya tidak akan melepas handphone karena mungkin akan melakukan komunikasi terakhir atau mengecek hal-hal penting di dalamnya.
Poin terakhir yang disampaikan Dino adalah tidak ditemukannya sidik jari orang lain, hilangnya handphone, dan rekaman CCTV yang tidak lengkap. “Ini juga menimbulkan kesan bahwa ini merupakan suatu pembunuhan yang direncanakan secara rapi,” ungkapnya.
Dino Patti Djalal memohon agar kasus ini tetap dibuka dan tidak ditutup secara total. Ia mendesak pihak kepolisian untuk terus mencari bukti-bukti atau temuan baru yang dapat menjelaskan secara akurat kematian Aryadharu dalam situasi yang dinilai sangat janggal ini.
Pernyataan mantan Menteri Luar Negeri periode 2009-2014 ini menambah deretan suara yang mempertanyakan kesimpulan resmi kasus kematian diplomat muda yang sempat menjadi perhatian publik tersebut.*