Jakarta (parade.id)- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar menyampaikan optimisme Indonesia dalam mengurangi emisi karbon pada sesi pembukaan pertemuan Committee on Forestry (COFO) ke-26 di kantor pusat FAO di Roma, Italia. Pertemuan ini berlangsung tanggal 3-7 Oktober 2022.
Indonesia, kata dia, telah mengambil langkah-langkah korektif mengelola sumber daya alam dan lingkungan. Target National Determined Contribution (NDC) Indonesia telah diperbaharui dari 29 persen menjadi 31,89 persen dengan usaha sendiri di 2030, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional.
“Berbagai upaya untuk pencapaian target tersebut telah diintegrasikan ke dalam program nasional ‘Indonesia’s Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030’. FOLU Net Sink 2030 Indonesia dibangun di atas kinerja pengurangan emisi yang nyata di lapangan, seperti pengendalian karhutla, moratorium permanen hutan primer dan lahan gambut, rehabilitasi lahan gambut, rehabilitasi dan konservasi mangrove replikasi ekosistem dan eco-riparian, penanggulangan fragmentasi habitat, penguatan penegakan hukum, dan berbagai upaya nyata lainnya,” katanya, di akun Twitter-nya, hari ini, Selasa (4/10/2022).
“Indonesia berhasil menurunkan deforestasi ke tingkat paling terendah selama dua dekade, menjadi 114 ribu ha per tahun pada 2019-2020 dan 2020-2021,” sambungnya.
Sementara itu terkait perhutanan sosial, ia menyampaikan dalam High-level Panel on Agriculture and Forestry Linkages. Saat ini program perhutanan sosial telah mencakup sekitar 25.000 desa di dalam dan sekitar kawasan hutan.
Melibatkan sekitar 1,1 juta rumah tangga, 1.600 kelompok tani hutan di mana sekitar 1.300 kelompok bekerja pada tanaman pangan. Inilah salah satu konsep kerja menghormati ekologi dan menjaga hutan tetap lestari.
“Indonesia bekerja dan berkontribusi nyata dalam agenda perubahan iklim dunia, sambil membangun ekonomi yang inklusif, tangguh dan berkelanjutan,” katanya.
(Rob/parade.id)