Jakarta (PARADE.ID)- Aktivis senior yang juga ekonom, Rizal Ramli (RR) sepertinya sedang bernostalgia dengan sejarah 1998. Di mana kala itu gedung DPR mampu diduduki oleh rakyat.
RR seperti bernostalgia di tengah aksi massa buruh menolak UU Ciptaker (Omnibus Law). Sampai-sampai RR mengunggah potongan video rakyat yang kala itu menduduki gedung DPR.
“Anything can happen – ready for change krn tak lama lagi kondisi objektif ketemu dgn subjektif. Kecuali ada miracle, minta maaf pada rakyat dan minta maaf telah menghianati Trisakti, dan mengubah cara kelola,” cuitannya, yang disertakan potongan video, Rabu (7/10/2020).
Menurut RR, Gerakan Rakyat yang effektif untuk mendorong perubahan terjadi itu ada tiga. Pertama secara natural karena kondisi objektif sudah matang, kondisi subjektif dalam proses; kedua, organik, sehingga sangat adaptif bagaikan aliran air dari hulu sungai; dan ketiga karena sudah terlalu congkak, padahal di atas ‘rumah pasir’ para buzzer.
“Flashback: Sampai April 1998, tokoh partai, elite, media, bisnis percaya Soeharto sangat kuat — Wong baru terpilih 11 Maret 1998. Soeharto jauh lebih kuat, ABRI Golkar kuat. Rumah pasir (house of sand) hari ini sangat fragile, dukungan utama digital, oleh buzzeRP & InfluenceRP.”
Aksi massa besar menurut RR bisa saja terjadi seperti rezim Soeharto, di mana ia jatuh hanya butuh 20-an hari.
“Flashback: Yg sok tahu, analisa kacangan dan ndak ngerti sejarah, ya gitu kepedean
Demonstrasi besar2an jatuhkan Soeharto itu dimulai tgl 2 Mei di Makassar, seminggu kemudian Medan, Solo, Jkt akhir Minggu Mei, habis itu Soeharto Jatuh.”
RR tampak ingin memberitahukan kepada banyak pihak, bahwa perubahan itu bukan saja ada di tangan para elit, melainkan juga pada para pemuda yang bernama mahasiswa.
“Beberapa bulan yll, ketemu puluhan Ketua BEM, saya underestimare mereka: anak mommy, doyan main games, tidak tertarik pada masalah2 rakyat. Stlh diskusi, saya berubah respek. Mereka tidak tertarik klo itu partisan. Begitu tertarik,, mereka download Google soal2 KPK, omni cilaka.”
Mereka pun menurut RR cepat belajar dan paham. Zamannya, kata dia, kala itu mahasiswa mesti banyak bertanya dulu, baru kemudian hadir rasa percaya diri. Tapi tidak untuk mahasiswa sekarang, mereka kata RR terlatih cepat organizing, berbagi tugas-tugas.
RR pun menilai hal demikian tidak aneh ketika mereka akhirnya bisa meng-organize di 40-50 kota dengan cepat.
“Kami bangga dengan mereka, anak2 muda bangsa, Indonesia masih punya harapan.”
(Robi/PARADE.ID)