Selasa, Juli 22, 2025
  • Info Iklan
Parade.id
  • Login
No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum
  • Pertahanan
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Opini
  • Profil
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Internasional
    • Pariwisata
    • Olahraga
    • Teknologi
    • Sosial dan Budaya
Parade.id
Home Nasional Hukum

Penertiban Kawasan Hutan oleh Satgas Merugikan Petani, Penilaian KPA

redaksi by redaksi
2025-07-22
in Hukum, Politik
0
Penertiban Kawasan Hutan oleh Satgas Merugikan Petani, Penilaian KPA

Foto: logo KPA, dok. istimewa

0
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta (parade.id)- Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mengeluarkan pernyataan keras atas pelaksanaan kebijakan Penertiban Kawasan Hutan (PKH) yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2023 dan dijalankan oleh Satgas PKH. Alih-alih menindak usaha ilegal pengusaha dengan adil, kebijakan ini justru berpotensi memperparah konflik agraria dengan merugikan petani, masyarakat adat, dan kelompok rentan yang selama ini menggantungkan hidup pada tanah yang kini diklaim sebagai kawasan hutan negara.

Dalam pernyataannya, KPA menyoroti istilah “Setiap Orang” dalam Pasal 2 ayat (1) Perpres yang mengatur penertiban kawasan hutan sebagai sumber potensi konflik agraria baru. Pasalnya, kebijakan ini dapat membidik kelompok masyarakat akar rumput yang selama puluhan tahun menempati dan mengelola lahan tersebut, sementara izin usaha pengusaha besar terus diloloskan dengan leluasa oleh Kementerian Kehutanan.

Related posts

Aksi “Korban Aplikator” 217 Menuntut Ini

Aksi “Korban Aplikator” 217 Menuntut Ini

2025-07-22
BEM KM UGM Keluar dari BEM SI Kerakyatan: Terkontaminasi Kepentingan Elit

BEM KM UGM Keluar dari BEM SI Kerakyatan: Terkontaminasi Kepentingan Elit

2025-07-22

KPA mengungkap data Kementerian Kehutanan yang merilis daftar 436 subjek tanah seluas hampir 800 ribu hektar untuk ditertibkan, serta klaim Satgas PKH yang sudah menertibkan hingga 2 juta hektar lahan usaha ilegal di sektor sawit, kayu, dan tambang. Namun, klaim luas dan lokasi penertiban itu tidak transparan dan justru menimbulkan kecurigaan.

Sikap kritis KPA mengemuka ketika Satgas PKH yang dipimpin tokoh militeristik, yaitu Menteri Pertahanan, Panglima TNI, dan Kapolri, dianggap tidak memiliki pemahaman memadai tentang aspek historis dan sosial konflik agraria. Pendekatan represif dan intimidatif aparat juga sering menimbulkan kekerasan dan kriminalisasi petani. Dalam catatan KPA, selama 10 tahun terakhir ada ribuan petani yang dikriminalisasi, direpresi, bahkan puluhan meninggal akibat konflik agraria.

Kasus di Provinsi Jambi menjadi bukti nyata bagaimana Satgas PKH diperalat oleh korporasi. PT Wira Karya Sakti (WKS), perusahaan sawit anak usaha Sinarmas Group, menggunakan kekuatan Satgas untuk menggusur lahan-lahan petani anggota Serikat Tani Tebo (STT) yang telah ditempati secara turun-temurun sejak 1813. Padahal izin kehutanan yang dipakai PT WKS terbit tahun 2004, jauh setelah masyarakat menempati lokasi tersebut.

“Kebijakan ini mengkhianati semangat reforma agraria Presiden Prabowo yang menginginkan redistribusi tanah bagi rakyat. Tapi kenyataannya, tanah masyarakat malah diambil untuk diberikan kepada perusahaan lain,” tegas KPA dalam pernyataannya.

Lebih jauh KPA menilai masalah mendasar terletak pada tata kelola kawasan hutan yang cacat sejak awal, ketika penetapan kawasan hutan tidak mempertimbangkan penguasaan masyarakat adat dan petani sesuai Undang-Undang Pokok Agraria 1960. Kemudian disempurnakan oleh UU Cipta Kerja yang memperbolehkan penetapan kawasan hutan secara sepihak oleh Kementerian Kehutanan tanpa prosedur yang transparan dan partisipatif.

KPA bersama Serikat Tani di Jambi mendesak Presiden Prabowo untuk segera mengoreksi pelaksanaan kebijakan peraturan penertiban kawasan hutan dengan langkah-langkah:

  • Mengevaluasi secara komprehensif pelaksanaan Satgas PKH di seluruh wilayah, terutama di Jambi;
  • Mengembalikan tanah dan perkampungan masyarakat di klaim kawasan hutan ke tangan Petani, Masyarakat Adat, Nelayan dan Perempuan;
  • Memastikan proses penertiban dilakukan secara transparan, berkeadilan, dan berprinsip kehati-hatian;
  • Mencegah benturan dengan upaya penyelesaian konflik agraria yang sudah ada;
  • Membentuk Badan Otorita Reforma Agraria (BORA) di bawah Presiden untuk mempercepat redistribusi tanah dan penguatan ekonomi rakyat;
  • Mengoreksi batas klaim kawasan hutan serta izin kehutanan demi keadilan dan keamanan hukum bagi masyarakat.

Pernyataan ini sekaligus menjadi alarm atas potensi penindasan dan perampasan tanah yang justru dilakukan oleh aparat negara melalui satgas yang seyogianya melindungi rakyat kecil.

“Tanah dan kampung yang sudah lama ditempati harusnya dikelola sebagai aset rakyat, bukan dialihkan lagi kepada pengusaha melalui kebijakan yang tidak berperspektif keadilan sosial,” demikian penutup pernyataan KPA dan organisasi tani di Jambi.

Sikap kritis ini menjadi penting untuk mengingatkan pemerintah agar menempatkan reforma agraria bukan sekadar jargon, melainkan dijalankan dengan konsistensi dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.***

Tags: KPA Satgas PKHsosial politik
Previous Post

Aksi “Korban Aplikator” 217 Menuntut Ini

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Penertiban Kawasan Hutan oleh Satgas Merugikan Petani, Penilaian KPA

Penertiban Kawasan Hutan oleh Satgas Merugikan Petani, Penilaian KPA

2025-07-22
Aksi “Korban Aplikator” 217 Menuntut Ini

Aksi “Korban Aplikator” 217 Menuntut Ini

2025-07-22
BEM KM UGM Keluar dari BEM SI Kerakyatan: Terkontaminasi Kepentingan Elit

BEM KM UGM Keluar dari BEM SI Kerakyatan: Terkontaminasi Kepentingan Elit

2025-07-22
UBN Ekspedisi Dakwah hingga Flores Bangun Peradaban Qurani

UBN Ekspedisi Dakwah hingga Flores Bangun Peradaban Qurani

2025-07-22

Indonesia di Ambang Kehilangan Kedaulatan Kesehatan jika Tidak Menolak Amandemen IHR

2025-07-19
Warna dan Bentuk Penegakan Hukum di Indonesia saat Ini

RKUHAP 2025 Langkah Mundur Perkuat Kekuasaan Koersif Aparat

2025-07-18

Twitter

Facebook

Instagram

@paradeid

    The Instagram Access Token is expired, Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to refresh it.

Berita Populer

  • Disebut Sengsara karena Pulang ke Indonesia, Ini Kata Ricky Elson

    Disebut Sengsara karena Pulang ke Indonesia, Ini Kata Ricky Elson

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia di Ambang Kehilangan Kedaulatan Kesehatan jika Tidak Menolak Amandemen IHR

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perusahaan Cresyn Indonesia akan Tutup, FSPASI Ingatkan Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Serial Bahasa Indonesia: Apa Itu “Nyali”?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Israel Serang Suriah Pelanggaran Kedaulatan dan Hukum Internasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tagar

#Anies #ASPEKIndonesia #Buruh #China #Cianjur #Covid19 #Covid_19 #Demokrat #Ekonomi #Hukum #Indonesia #Internasional #Jakarta #Jokowi #Keamanan #Kesehatan #Kolom #KPK #KSPI #Muhammadiyah #MUI #Nasional #Olahraga #Opini #Palestina #Pariwisata #PartaiBuruh #PDIP #Pendidikan #Pertahanan #Pilkada #PKS #Polri #Prabowo #Presiden #Rusia #RUUHIP #Siber #Sosbud #Sosial #Teknologi #TNI #Vaksin dpr politik

Arsip Berita

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Kontak
Email: redaksi@parade.id

© 2020 parade.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Hukum
  • Pertahanan
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Opini
  • Profil
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Internasional
    • Pariwisata
    • Olahraga
    • Teknologi
    • Sosial dan Budaya

© 2020 parade.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In