Jakarta (PARADE.ID)- Mantan Ketua Umum PP Muhamddiyaj Din Syamsuddin dituding radikal oleh pihak tertentu. Mengetahui hal demikian, Sekum Muhammadiyah Abdul Mu’ti angkat suara.
Menurut Mu’ti, tudingan kepada Din tidak berdasar dan salah alamat. Sebagai orang yang mengenal dekat dengannya, Din dinilai seorang yang sangat aktif mendorong moderasi beragama dan kerukunan intern serta antar umat beragama, baik di dalam maupun luar negeri.
“Pak Din adalah tokoh yang menggagas konsep Negara Pancasila Sebagai Darul Ahdi WA Syahadah di PP. Muhammadiyah sampai akhirnya menjadi keputusan resmi Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makasar,” katanya, kemarin, di akun ‘fanpage Facebook-nya’.
Semasa menjadi utusan khusus Presiden untuk dialog dan kerjasama antar agama dan peradaban, Din memprakarsai dan menyelenggarakan pertemuan ulama dunia di Bogor. Pertemuan tersebut melahirkan Bogor Message yang berisi tentang Wasatiyah Islam, Islam yang moderat.
Bogor Message adalah salah satu dokumen dunia yang disejajarkan dengan Amman Message dan Common Word. Pak Din adalah moderator Asian Conference of Religion for Peace (ACRP), dan co-president of World Religion for Peace (WCRP).
“Tentu masih banyak lagi peran penting Pak Din dalam forum dialog antar iman. Jadi sangatlah keliru menilai Pak Din sebagai seorang yang radikal.”
Sebagai akademisi dan ASN Din di mata Mu’ti adalah seorang guru besar politik Islam yang terkemuka. Di UIN Jakarta Din adalah satu-satunya guru besar Hubungan Internasional.
Secara akademik, FISIP UIN sangat memerlukan sosok Din. Ia mengaku tahu persis, di tengah kesibukan di luar kampus, Din masih aktif mengajar, membimbing mahasiswa, dan menguji tesis atau disertasi.
“Kalau Pak Din banyak melontarkan kritik itu adalah bagian dari panggilan iman, keilmuan, dan tanggung jawab kebangsaan. Kritik adalah hal yang sangat wajar dalam alam demokrasi dan diperlukan dalam penyelenggaraan negara.”
Jadi, kata dia, semua pihak hendaknya tidak anti kritik yang konstruktif.
Dalam situasi negara yang sarat dengan masalah, sebaiknya semua pihak berpikir dan bekerja serius mengurus dan menyelesaikan berbagai problematika kehidupan. Semua pihak hendaknya tidak sesak dada terhadap kritik yang dimaksudkan untuk kemaslahatan bersama.
“Saatnya semua elemen bangsa bersatu dan saling bekerjasama dengan menyingkirkan semua bentuk kebencian golongan dan membawa masalah privat ke ranah publik.”
(Rgs/PARADE.ID)