Jakarta (PARADE.ID)- Laporan Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) yang dirilis bulan lalu menyatakan Korea Utara memiliki hacker yang beroperasi di berbagai negara. Setidaknya, Korut punya 6.000 hacker dan spesialis peperangan elektronik (Electronic Warfare/EW) yang beroperasi di luar negeri seperti Belarusia, China, India, Malaysia, hingga Rusia.
Laporan yang untuk pertama kalinya dipublikasikan itu bertajuk “Taktik Korea Utara”, merupakan panduan manual taktis yang digunakan Angkatan Darat AS untuk melatih pasukan dan pemimpin militernya.
Laporan setebal 332 halaman berisi “harta karun” informasi tentang Tentara Rakyat Korea (KPA) seperti taktik militer, persenjataan, struktur kepemimpinan, jenis pasukan, logistik, dan kemampuan peperangan elektronik. Sebagian besar laporan membahas taktik dan kemampuan militer klasik. Termasuk menyoroti unit peretasan rahasia Korea Utara.
“Sebagian besar EW dan operasi peperangan cyber ada di dalam Unit Panduan Perang Siber Korut, lebih dikenal sebagai Biro 121,” kata Angkatan Darat AS dilansir ZDNet, Selasa (18 Agustus 2020).
Laporan itu menyebut semua hacker Korut sebagai Biro 121 – sebuah divisi dari Biro Umum Pengintaian, badan intelijen Korea Utara yang merupakan bagian dari Komisi Nasional Pertahanan.
Menurut Angkatan Darat AS, Biro 121 tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir. Itu terjadi karena Korea Utara telah memperluas aktivitasnya di ruang cyber.
“Biro 121 terus bertumbuh, dari setidaknya 1.000 hacker elit pada tahun 2010 menjadi lebih dari 6.000 anggota saat ini”.
Jumlah temuan AS sesuai dengan angka yang diterbitkan Kementerian Pertahanan Korea Selatan, yang menyatakan Korea Utara mengoperasikan 3.000 staf perang cyber sejak tahun 2013. Jumlah itu kemudian meningkat dua kali lipat menjadi 6.000 pada tahun 2015. Namun, Angkatan Darat AS percaya bahwa saat ini angka 6.000 tersebut tidak sepenuhnya akurat.
“Jumlah ini mungkin jauh lebih tinggi sekarang: pada 2009, Universitas Mirim Korea Utara telah meluluskan sekitar 100 hacker per tahun untuk KPA,” kata Angkatan Darat AS.
Empat Sub–divisi
Pejabat Angkatan Darat AS mengatakan Biro 121 terdiri dari empat sub-divisi utama. Tiga sub-divisi khusus untuk perang cyber dan satu untuk perang elektronik.
1. Sub-divisi pertama disebut para komunitas keamanan siber sebagai Andariel Group. Adalah sebuah APT dan nama kode yang digunakan untuk menggambarkan unit peretasan yang disponsori negara-negara (state-sponsored hacker).
Pejabat Angkatan Darat AS mengklaim Grup Andariel memiliki sekitar 1.600 anggota “yang misinya adalah mengumpulkan informasi dengan melakukan pengintaian pada sistem komputer musuh dan membuat penilaian awal terhadap kerentanan jaringan.”
“Kelompok ini memetakan jaringan musuh untuk merencanakan serangan,” kata seorang pejabat Angkatan Darat AS.
2. Sub-divisi Biro 121 kedua dijuluki sebagai Grup Bluenoroff. Pejabat Angkatan Darat AS menyebut APT ini memiliki sekitar 1.700 peretas “yang misinya adalah melakukan kejahatan cyber di sektor keuangan dengan berkonsentrasi pada penilaian jangka panjang dan mengeksploitasi kerentanan jaringan musuh.”
3. Sub-divisi ketiga disebut sebagai Lazarus Group, istilah umum yang sekarang digunakan industri keamanan cyber untuk menggambarkan segala jenis peretasan umum yang dilakukan Korea Utara.
Pejabat Angkatan Darat AS mengatakan Lazarus adalah salah satu alat utama bagi para pejabat Korea Utara “untuk menciptakan kekacauan sosial dengan mempersenjatai kerentanan jaringan musuh dan mengirimkan muatan berbahaya”.
4. Sub-divisi Biro 121 keempat Resimen Jamming Perang Elektronik, yang terdiri dari tiga batalyon militer (antara 2.000 dan 3.000 tentara) yang bertanggung jawab atas gangguan peralatan elektronik. Biro 121 terakhir ini adalah unit militer klasik, yang dipercaya oleh pejabat Angkatan Darat AS beroperasi dari pangkalan militer di Kaesong, Haeja, dan Kumgang.
(Cyberthreat/PARADE.ID)