Jakarta (PARADE.ID)- Ketua Umum (Ketum) partai Ummat Ridho Rahmadi menyoal perkembangan politik saat ini. Ia mengaku melihat ada perkembangan politik yang cukup berbahaya bagi kelanjutan demokrasi kita.
Ada kekuatan politik yang ingin menghilangkan proses check and balance, yang menjamin bahwa pemerintah yang sedang berkuasa tidak boleh menjadi penguasa absolut, penguasa tanpa posisi.
“Demokrasi langsung menjadi sistem politik omong kosong bila pemerintah yang sedang berkuasa berusaha menyadarkan oposisi. Pemerintah tanpa oposisi otomatis menjadi otoriterisme,” kata dia, baru-baru ini.
Cirinya, kata dia, memborong kebenaran. Membasmi setiap suara yang kritis dan korektif terhadap kekuasaan. Kira-kira slogan yang dianut penguasa sekarang adalah ‘berani berbeda, tundukan lewat kooptasi’.
“Kalau masih nekat, bungkam dengan ancaman ini dan itu. Mereka akan cari cara yang efektif untuk mematikan hak-hak sipil rakyat,” demikian katanya, lewat video yang diunggah akun IG Amien Rais @amienraisofficial.
Seperti, kata dia, mereka akan mengucilkan, mengkerdilkan, mengerahkan buzzer murahan, buzzer yang sudah mati nurani, mati perasaan, buzzer yang sudah tuna moral dan tuna etik.
Tujuan Politik Gila
Ia membaca perkembangan politik kita sungguh berbahaya, karena ada kekuatan-kekuatan anti demokrasi yang mencoba menggolkan tujuan politik gila. Yaitu melakukan amandemen terhadap UUD 1945 agar Presiden Jokowi perlu ditambah satu periode lagi.
Alasannya sungguh dicari-cari bahkan menurutnya edan secara politik kata mereka presiden sekarang ini terlalu sukses dalam menjalankan tugasnya. Dua periode tidaklah cukup untuk menuntaskan tugasnya membawa bangsa Indonesia ke tataran kemakmuran gemah ripah tanpa tanding.
“Kata mereka apalagi di saat pandemi dan epidemi virus Corona yang telah bermutasi dan meledak lagi, tidak mungkin ada sosok lain yang dapat mengatasi masalah bangsa yang demikian pelik,” kata dia.
“Seluruh ketua partai yang lolos threshold parlemen sudah bermusabaqah, berkompetisi memujamu, Bapk presiden. Kira-kira kalau disimpulkan kecuali Partai Demokrat dan PKS, semua bersuara, seragam suara mereka: ‘Bapak memang sudah TOP BGT’,” sambungnya.
Sementara itu, lanjut dia, parpol yang tidak lolos ambang batas parlemen juga sudah dikumpulkan dan suaranya senada.
“Dengan mereka yang sudah di dalam lingkaran kekuasaan kira-kira begini kata mereka, ‘Pak Presiden bangsa Indonesia ternyata masih sangat memerlukan Bapak.’ Mereka mengatakan, yang menggambar mural itu, yang mengkritik Bapak itu hanyalah manusia yang mengganggu ketertiban sosial, minim nilai-nilai etika dan estetika,” sindirnya.
Menurut dia, sesungguhnya rezim penguasa di negara kita ini sudah terlalu kuat. Mau apa saja bisa.
Dahulu, kata dia, SBY punya slogan ‘Bersama kita bisa’. Sekarang, slogan rezim penguasa ‘Mau apa saja, kita bisa’….
(Sur/PARADE.ID)