Jakarta (PARADE.ID)- Beberapa waktu lalu, minyak goreng sempat langka—hilang dari di banyak tempat atau daerah. Salah satu di pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur.
Banyak pedagang yang merasakan kehilangan atau langkanya minyak goreng. Di antaranya Ibu Hesti.
Hesti mengaku hampir sebulan minyak goreng hilang dari pasaran. Akibatnya, ia tak menjual satu pun minyak goreng dan berpengaruh ke pembelinya atau langganannya.
“Langka. Susah. Misal minyak subsidi. Berminggu-minggu. Susah kita kebagian. Misal kita minta ratusan karton. Tapi dikasih paling banyak 10 karton,” akunya kepada parade, baru-baru ini.
Langkanya minyak goreng menurut dia akibat adanya minyak goreng yang bersubsidi. Ia pun menyarakankan agar minyak goreng subsidi ditiadakan.
“Langka sejak ada statment minyak disubsidi. Mending gak usah dibuat begitu. Agar harga stabil,” sarannya.
Hal yang sama juta diungkapkan oleh pegadang besar lainnya. Dia adalah Bapak Ginting.
Ginting malah merasakan kelangkaannya minyak goreng sudah lebih dari 1 bulan. Bahkan hingga terakhir parade.id mewawancarainya.
“Sampai sekarang masih langka. Sudah berapa bulan, gitu. Bukan harian lagi,” akunya.
Pelanggan, kata dia, tidak berkomentar banyak. Hanya tampak pasrah dari kelangkaan yang ada. Dua orang lainnya, tanpa menyebutkan nama, mengaku hampir sama seperti Hesti dan Ginting.
Di saat yang bersamaan, di dalam pasar Perumnas Klender, ada yang membuka semacam bazar murah jual minyak goreng (curah). Tertulis dalam spanduk kira-kira ‘atas’ peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2022.
Dimana dalam peraturan tersebut, hanya menjual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggj (HET). Yakni ditetapkan Rp11.500 per liter untuk minyak goreng curah, Rp13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana, serta Rp14.000 per liter untuk minyak goreng kemasan premium.
“Bazar” tersebut diinformasikan dibuka hanya datu hari saja. Saat parade.id berada di lapangan (pasar Perumnas Klender).
(Rob/PARADE.ID)