Jakarta (PARADE.ID)- Pemerintah Rusia dikabarkan meminta bantuan militer dan ekonomi kepada Negara China untuk perang di Ukraina. Hal itu sebagaimana yang diinformasikan oleh salah satu pejabat Amerika Serikat.
Permintaan bantuan militer ini untuk mendukung serangan kepada Ukraina. Sedangkan bantuan ekonomi, permintaan Rusia itu karena adanya sanski ekonomi oleh Amerika, negara-negara Eropa, Asia.
Atas hal itu, para pejabat Amerika mengawasi China dengan cermat untuk melihat apakah mereka akan bertindak atas permintaan bantuan apa pun dari Rusia.
“Para pejabat Amerika, bertekad untuk merahasiakan cara mereka mengumpulkan intelijen serta menolak untuk menjelaskan lebih lanjut jenis senjata atau bantuan militer yang dicari Moskow. Para pejabat juga menolak untuk membahas reaksi apa pun dari China atas permintaan tersebut,” demikian dikutip nytimes.com.
Presiden China Xi Jinping telah memperkuat kemitraan dengan Putin dan mendukungnya saat Rusia meningkatkan kampanye militernya di Ukraina: kota-kota dan membunuh ratusan atau ribuan warga sipil.
Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, dijadwalkan bertemu kemarin, di Roma dengan Yang Jiechi, anggota Politbiro elit Partai Komunis China dan direktur Komisi Urusan Luar Negeri Pusat partai tersebut. Maksud Sullivan itu untuk memperingatkan Yang tentang segala upaya Tiongkok di masa depan untuk mendukung Rusia dalam perangnya atau melemahkan Ukraina, Amerika Serikat, dan mitra mereka.
“Kami berkomunikasi secara langsung. Secara pribadi ke Beijing bahwa pasti akan ada konsekuensi untuk upaya penghindaran sanksi skala besar atau dukungan kepada Rusia untuk mengisinya kembali,” kata Sullivan.
“Kami tidak akan membiarkan hal itu berlanjut dan membiarkan ada jalur kehidupan ke Rusia dari sanksi ekonomi ini dari negara mana pun, di mana pun di dunia,” katanya.
Sullivan tidak secara eksplisit menyebutkan potensi dukungan militer dari China. Tapi pejabat AS lainnya berbicara tentang permintaan dari Rusia dengan syarat “anonim” karena sensitivitas masalah diplomatik dan intelijen.
Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, mengatakan dia belum pernah mendengar permintaan dari Rusia.
“Situasi saat ini di Ukraina memang membingungkan. Prioritas tinggi sekarang adalah mencegah ketegangan yang meningkat atau bahkan lepas kendali,” kata dia.
Pemerintahan Biden berusaha menjelaskan kepada China konsekuensi dari penyelarasannya dengan Rusia dan hukuman yang akan dikenakan jika melanjutkan atau meningkatkan dukungannya. Beberapa pejabat AS berpendapat bahwa untuk mencegah Beijing meningkatkan bantuannya ke Moskow.
Para pemimpin China mungkin puas menawarkan dukungan retoris untuk Moskow dan mungkin tidak ingin lebih jauh melibatkan diri dengan Putin dengan memberikan dukungan militer untuk perang, kata para pejabat AS itu.
(Irm/PARADE.ID)