Jakarta (PARADE.ID)- Peluncuran rudal baru antarbenua oleh Korea Utara (Korut) menjadi atensi Amerika Serikat. Gedung Putih menyebut peluncuran itu sebagai ‘pelanggaran berani’ terhadap sanksi PBB dan berisiko mengacaukan keamanan di kawasan itu.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden pun langsung berkonsultasi dengan sekutunya di Brussel. Tempat di mana Biden juga bertemu dengan 7 pemimpin negara yang menyoal perang Rusia-Ukraina.
Sebelum peluncuran pada hari Kamis, Gedung Putih telah mengumumkan bahwa Korea Utara telah mulai menguji rudal balistik antarbenua baru dalam beberapa hari terakhir.
Pejabat Korea Selatan memperkirakan bahwa Korut mungkin menyamarkan peluncuran uji coba untuk ICBM baru sebagai peluncuran satelit luar angkasa. Pasalnya, beberapa minggu yang lalu, Kim Jong-un mengunjungi stasiun luar angkasa Korut dengan tujuan untuk mengembangkan teknologi sehingga roket dapat diluncurkan dengan “satelit multiguna”.
“Secara khusus menyebutkan kemungkinan ‘satelit pengintai militer’,” kata pejabat resmi Korut, dikutip nytimes.com.
Berbagai resolusi dari Dewan Keamanan PBB melarang Korut meluncurkan roket untuk menempatkan satelit ke orbit karena negara tersebut telah menggunakan roket tersebut sebagai platform untuk mengembangkan dan menguji rudal balistik jarak jauh.
Namun Korut bersikeras bahwa itu adalah hak kedaulatannya untuk meluncurkan satelit ke orbit.
Provokasi terbaru Korea Utara datang setelah sejumlah peluncuran rudal proyektil yang memecahkan rekor oleh rezim. Pada bulan Januari saja, telah menembakkan 11 proyektil.
“Tindakan ini menunjukkan bahwa DPRK terus memprioritaskan senjata pemusnah massal dan program rudal balistiknya di atas kesejahteraan rakyatnya,” kata Gedung Putih.
“Kami mendesak semua negara untuk meminta pertanggungjawaban DPRK atas pelanggaran tersebut dan meminta DPRK untuk datang ke meja perundingan serius. Pintu diplomasi belum ditutup, tetapi Pyongyang harus segera menghentikan tindakan destabilisasinya.”
(Irm/PARADE.ID)