Jakarta (PARADE.ID)- Sekum Muhammadiyah Abdul Mu’ti ikut menyoroti banjir rob yang terjadi di beberapa wilayah Jawa Tengah (Jateng). Dalam sorotannya, Mu’ti berkomentar bahwa masalah rob di Jateng sebetulnya sudah bertahun-tahun.
Namun, kata dia, sepertinya dianggap biasa-biasa saja. Tidak ada penanganan khusus dan serius, sehingga dari waktu ke waktu keadaan makin parah.
“Jadi kalau kemarin tanggul jebol, itu hanya soal waktu. Pembangunan berwawasan lingkungan tidak diterapkan. Entahlah. Kasian, rakyat makin susah,” demikian katanya, di akun fanpage FB-nya, Selasa (24/5/2022).
Landasan Mu’ti berkomentar tampaknya dari kejadian yang dialami oleh seorang temannya. Dimana sejak beberapa tahun lalu, sahabatnya itu kata dia, hampir setiap bulan purnama posting di WA: “Ya rob, ya rob, sampai kapan harus begini.”
“Sahabat karib saya, teman kuliah, tinggal di wilayah yang kemarin tanggul penahan rob air laut jebol,” ceritanya.
Karena penasaran, ia pun bertanya. Berikut percakapan singkatnya:
“Apakah Mas sedang sakit?”
Dia jawab: “Saya sehat.”
“Lalu mengapa setiap bulan purnama selalu sambat ya rob?”
“Saya tidak sedang sambat, mengeluh kepada Tuhan.”
“Lalu apa maksudnya?”
“Saya mengeluh air rob yang selalu masuk ke rumah. Setiap bulan purnama, air laut pasang. Airnya selalu masuk rumah.”
Koordinator Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang Ganis Erutjahjo menyebutkan, banjir rob disebabkan adanya Fenomena Perigee atau jarak terdekat bumi dengan bulan.
“Tinggi gelombang di perairan utara Jawa Tengah mencapai 1,25-2,5 meter. Kondisi di akhir bulan Syawal, di mana masa itu adalah mendekati fase puncak pasang. Pada 23 Mei 2022, pukul 16.00 WIB tercatat tinggi pasang 210 cm,” kata Ganis, dikutip kompas.com.
Dia mengatakan, banjir rob melanda sejumlah daerah di wilayah pesisir utara Jawa Tengah, yakni Tegal, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kota Semarang, Demak, Pati, dan Rembang.
(Rob/PARADE.ID)