Jakarta (parade.id)- Ratusan umat Islam dari banyak elemen atau organisasi, yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR), hari ini, Jumat (4/11/2022), kembali melakukan aksi unjuk rasa di dekat Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Silang Monas, Jakarta Pusat. Aksi GNPR kali ini hanya bawa satu tuntutan, yakni menuntut Jokowi mengundurkan diri sebagai presiden.
Alasannya mengapa Jokowi dituntut mundur menurut mantu Habib Rizieq Shihab (HRS), Habib Muhammad Alatas karena, salah satunya dinilai tidak mampu menurunkan harga BBM Subsidi, tidak mampu menurunkan harga kebutuhan, serta tidak tegaknya supremasi hukum. Jokowi pun dinilai gagal dalam kepemimpinannya.
“Tuntutan kita hanya satu, yaitu Jokowi turun. Kepemimpinan Jokowi gagal, karena tidak bisa turunkan harga BBM,” orasinya
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Habib Hanif Abdurrahman Alatas, yang juga mantu HRS, meminta agar Jokowi mengundurkan diri sebagai presiden secara baik-baik, legawa.
“Kendati begitu, kami datang bukan untuk makar. Sebab, ahlusunnah melarang. Kami datang bukan untuk melanggar hukum. Kami datang karena aspirasi tidak didengar. Tapi kami siap terus berjuang. Kami siap menjaga NKRI,” orasinya.
Terkait tuntutan itu, ia menambahkan, bukan hanya untuk umat Islam saja, melainkan juta untuk umat lainnya. Untuk rakyat Indonesia. Sebagai contoh, kata dia, ketika BBM Subsidi bisa turun, tentu akan dirasakan oleh rakyat.
“Sebab rakyat susah. Rakyat sengsara. Selain itu kita minta harga kebutuhan turun. Tegakan supremasi hukum. Tapi suara kita tidak didengarkan. Delegasi tidak diterima. Seakan suara kita diabaikan. Padahal kami ini pemilik bangsa dan kedaulatan,” ungkapnya.
“Bukan hanya umat Islam, tapi saudara kita sebangsa—kita diperintahkan berbuat baik kepada mereka (yang berdasarkan agama dan setanah air). Aksi kita ini wujud Bhineka Tunggal Ika,” sambungnya.
Panglima GNPR Slamet Maarif, menjelaskan bahwa aksi dengan tuntutan Jokowi mundur karena dianggap telah melakukan perbuatan tercela. Jadi, kata dia, tuntutan itu menurut dia rasional.
Ia menepis jika ada yang mengatakan tuntutan itu tidak rasional. Bahkan ia mengatakan, mereka yang menyebut itu tidak mengerti UU.
“Mundur dan atau dimundurkan? Daripada bikin malu. Mundur lebih terhormat,” pintanya dalam orasi.
Selain soal di atas, ia menyinggung utang Indonesia yang dikatakan sudah hampir 7.000 triliun. Dengan utang sebanyak itu, ia khawatir ketika Jokowi tak lagi menjabat malah rakyat diminta bayar utang.
Ia juga menyinggung buzzer, yang menurutnya ada kesan pemerintah mendiamkannya. Negara terkesan mendiamkan sehingga berpotensi perpecahan antaranak bangsa.
“Makanya kita mengesankan presiden tidak ingin rakyatnya bersatu, melainkan sebaliknya,” tegasnya.
Tampak hadir dalam aksi tadi: Pakar hukum tata negara Refly Harun, Sugeng Waras, Buya Husen (korlap), Bernard Abdul Jabbar, Slamet Maarif, Marwan Batubara, mantu-mantu Habib Muhammad Alatas, Habib Muhammad Ali bin Smith, Habib Hanif, Abdurrahman Alatas, Habib Irfan Alaydrus, dan Habib Hadi Al-Habsyi, serta Yusuf Martak, Novel Bamukmin, dan lainnya.
Selain personal, ada beberapa organisasi atau elemen yanh ikut tergabung. Di antaranya BangJapar FI, Jawara Betawi Brigade 411, PA 212, GNPF, FPI, Syarikat Islam, Forkabi Bekasi, Pemuda Islam Manggarai, MPR, BRAJA Jakut, Federasi Mahasiswa Islam (FSI), Serikat Pekerja Islam (SPI), Ikatan Keluarga UI, Jamaah Salahuddin Al-Ayubi, Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI), Jajaka Nusantara, Pembela Tanah Air (PETA), PEJABAT, dan lainnya.
(Rob/parade.id)