Jakarta (parade.id)– Dialog Rocky Gerung dengan Majelis Pemuda Adat Poboya tentang ekologi lingkungan hak ulayat yang digelar pada hari ini, Senin (22/4/2024), dilakukan di dekat makam Pomene, Poboya, Mantikulore, Kota Palu.
Dalam dialognya, Rocky menyinggung beberapa hal, seperti kerusakan alam setempat. Menurutnya dia kerusakan alam di sana sebetulnya bisa dideteksi lebih awal.
“Karena Pomene itu keindahan kita, yang artinya jika ada perselisihan disambungkan. Jika ada kesalahpahaman yang tidak ada kesepakatan bisa disambungkan,” kata Rocky Gerung.
Rocky juga menyinggung warisan tanah nenek moyang kepada masyarakat setempat, yang dianggapnya terus menurun dalam memenuhi kebutuhan Negara—yang dimanfaatkan.
“Rezim Soeharto mengizinkan tanah Indonesia untuk eksploitasi tapi hasilnya masih kembali 35 persen ke masyarakat. Zaman SBY masih kembali 25 persen. Tapi pada Zaman Jokowi tinggal 6 persen. Bagaimana kita bisa mencium bau kehadiran kemakmuran,” kata dia.
Kemudian ia menyinggung adanya warga setempat yang seperti tidak memiliki tanah—mempertahankannya hingga meregang nyawa. Padahal, itu adalah warisan nenek moyang.
“Tidak ada perjanjian antara negara dengan tanah di Poboya. Negara itu baru datang 20 tahun yang lalu. Sementara nenek moyang di sini sudah membagi keadilan beratus-ratus ribu tahun yang lalu. Jadi apa dasar negara mengalihkan hak dasar negara itu sebagai komperasi, dan negara itu tidak mungkin mengerti bahwa akan arwah nenek moyang kita yang ada di sini,” terang Rocky.
Kendati begitu, Rocky tetap optimis bahwa masyarakat bisa bersatu untuk mengembalikan tanah nenek moyang sebagaimana mestinya. Sebab menurut Rocky, dia dan masyarakat setempat dipersatukan oleh arwah nenek moyang di bukit Pomene itu.
“Berarti kesenyawaan alam semesta itu bersama kita,” imbuhnya.
Dalam dialog itu, Rocky puluhan masyarakat setempat. Juga Ketua Adat Poboya Abidin, Sekretaris Majelis Pemuda Adat Poboya Amin, Ketua LPM Poboya Tisen, dan lainnya.
Rocky tiba pada pukul 15.55 waktu setempat. Ia disambut dengan pemasangan Siga oleh Ketua Adat Poboya. Siga adalah penghormatan adat Kaili kepada para tamu yang datang ke wilayah daerah Sulawesi Tengah dan disertakan dengan sampulu gana.
(Verry/parade.id)