Jakarta (parade.id)- Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) menggelar Silaturahmi Idulfitri, Sabtu (27/4/2024). Kegiatan berlangsung di Aula Masjid Al Furqan, Kramat Raya 45, Jakarta Pusat.
Ketua Umum DDII Adian Husaini dalam sambutannya mengungkapkan perkembangan lembaga yang dipimpinnya.
“Perkembangan Dewan Da’wah dan keluarga besar Dewan Da’wah luar biasa. Saya dalam tiga tahun sudah keliling hampir di seluruh provinsi sudah saya kunjungi. Banyak dai-dai lulusan STID M Natsir yang menggerakkan dakwah di daerah pelosok,” ungkap Adian kepada hadirin.
Dikatakan Adian, saat ini Kampus M Natsir yang didirikan DDII telah meluluskan hampir seribu alumni.
“Dai-dai alumni STID M Natsir ini luar biasa. STID M Natsir sudah meluluskan dai-dai tingkat S1,” ujar Adian.
Menurut Adian, kaderisasi dai S1 merupakan langkah meneruskan perjuangan pendiri DDII, Mohammad Natsir. Semasa hidup, M Natsir berjuang melakukan kaderisasi ulama dan intelektual.
Tokoh nasional seperti Amien Rais, Didin Hafidhuddin, AM Saefuddin, Jimly Ashiddiqie, pernah merasakan sentuhan dakwah M Natsir.
“Bahkan PM Malaysia Anwar Ibrahim memiliki kesan dengan Pak Natsir. Kami pernah diundang secara khusus oleh Anwar Ibrahim, setengah jam Anwar Ibrahim menceritakan Pak Natsir,” jelas Adian.
Kader-kader M Natsir, jelas Adian, tersebar di berbagai daerah Indonesia. Banyak para kader yang kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan dakwah.
Selain itu, M Natsir juga berperan mendirikan Rumah Sakit Yarsi.
“Jejak dakwah Pak Natsir itu luar biasa. Kalau kita keliling, di Padang Sumatera Barat ada enam RS Yarsi, yang mendirikan Pak Natsir,” kata Adian.
Pada kesempatan ini, Adian juga memaparkan rencana kelanjutan pembangunan komplek Dewan Da’wah di Kramat Raya 45, Jakarta Pusat. Di antaranya pembangunan menara masjid yang simbol syiar dakwah Islam.
Kemudian lima lantai Menara Dakwah diproyeksikan untuk pengembangan bisnis.
“Lima lantai (Menara Dakwah) rencananya buat hotel syariah. Diperlukan anggaran Rp 37 miliar,” jelas Adian.
Selain keluarga besar DDII yang hadir, turut pula Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, Prof Jimly Asshiddiqie, Hamdan Zoelva, Didin Hafidhuddin, AM Saefuddin, Ustaz Alfian Tanjung, Ustaz Farid A Okbah, Prof Daud Rasyid, Ustaz Erick Yusuf, Cholil Ridwan, dan banyak lagi.
Pada kesempatan itu, Haedar diminta memberikan tausiah oleh DDII.
Dalam tausiahnya, Haedar menyinggung beberapa hal. Salah satunya keterkaitan Muhammadiyah dan DDII.
“Kita ada irisan, keterkaitan langsung dalam rumpun umat Islam. Lalu ada Masyumi yang merupakan ikhtiar menyatukan kekuatan politik umat Islam,” kata Haedar.
Haedar mengatakan demikian karena DDII didirikan oleh Allahyarham Mohammad Natsir, yang merupakan Ketua Umum Partai Masyumi periode 1949-1958.
Masyumi, kata Haedar, adalah wadah titik temu dan merajut kekuatan umat Islam di awal-awal negara Republik Indonesia berdiri. Termasuk di dalamnya para tokoh Muhammadiyah.*