Jakarta (PARADE.ID)- Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat (24/7/2020) masuk zona merah, terperosok 0,91% ke level 5.098,29 dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China, sehingga investor cenderung menghindari aset berisiko (risk aversion).
Ketegangan antara AS-China kembali muncul setelah AS meminta Beijing untuk menutup kantor konsulat diplomatiknya di Houston. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sebelumnya mengingatkan akan ada balasan setimpal jika aksi itu tak dikoreksi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 4,43 triliun, investor asing masih mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp 389,96 miliar di semua pasar. Sementara volume transaksi tercatat 6,89 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 498.436 kali transaksi. Ada 266 saham yang turun, sementara naik sebanyak 133 saham dan stagnan 169 saham.
Saham-saham yang mengalami penurunan di antaranya saham PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) (-5,93%), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) (-4,20%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) (-3,72%), sedangkan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) (-3,12%) dan PT Medco Energi International Tbk (MEDC) (-2,49%).
Pelemahan IHSG juga merespons anjloknya bursa saham Amerika Serikat (AS), yaitu Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia).
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 353,51 poin atau 1,3% menjadi 26.652,33, sementara Nasdaq turun 244,71 poin atau 2,3 % menjadi 10.461,42 dan indeks S&P 500 merosot 40,36 poin atau 1,2% menjadi 3.235,66.
Pelemahan Wall Street datang setelah rilis beberapa data ekonomi AS yang mengecewakan, termasuk laporan Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan bahwa klaim untuk tunjangan pengangguran AS meningkat untuk pertama kalinya dalam kurun enam belas minggu.
Laporan tersebut mengatakan klaim pengangguran awal melonjak menjadi 1,416 juta pada pekan yang berakhir 18 Juli 2020, meningkat sebesar 109.000 dari tingkat 1,307 juta di pekan sebelumnya, sementara ekonom mengharapkan klaim pengangguran untuk tidak berubah.
Klaim pengangguran meningkat untuk pertama kalinya sejak akhir Maret tetapi masih jauh di bawah rekor tertinggi 6,867 juta yang ditetapkan dalam pekan yang berakhir pada 28 Maret 2020 lalu.
Sementara dari bursa kawasan Asia lainnya, indeks Nikkei Jepang melemah 0,6%, sementara Hang Seng Hong Kong turun 1,8%, sedangkan indeks Strait Times Singapura anjlok 1,3%, dan KOSPI Korea Selatan terperosok 0,8%.
Pada perdagangan sesi II IHSG diperkirakan masih bertahan di zona merah, dengan indikator BB yang bergerak menuju level support, dikombinasikan dengan indikator MACD yang sudah berpotongan ke bawah. Artinya kecenderungan untuk terkoreksi atau konsolidasi.
Simak analisis teknikal di bawah ini.
Foto: Revinitif
Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot menuju level support, dengan garis BB yang semkain menyempit, maka pergerakan selanjutnya cenderung masih turun terbatas.
Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level supportselanjutnya yang berada di area 5.080 hingga area 5.025. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistanceyang berada di area 5.135 hingga area 5.170.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang sudah berpotongan ke bawah, maka kecenderungan pergerakan untuk koreksi lebih lanjut.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 47 setelah menyentuh area overbought, dengan garis yang bergerak turun, maka IHSG cenderung terkoreksi atau konsolidasi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot menuju level support, dengan garis yang semakin menyempit, maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk koreksi terbatas. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator MACD yang sudah berpotongan ke bawah.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
(cnbcindonesia/PARADE.ID)