Singapura (PARADE.ID)- Kementerian Dalam Negeri Singapura mengatakan mendapat informasi dari otoritas Amerika Serikat soal penangkapan warganya yang bernama Dickson Yeo Jun Wei pada November 2019.
“Investigasi menunjukkan tidak ada ancaman langsung terhadap keamanan nasional Singapura,” begitu pernyataan dari kementerian seperti dilansir Channel News Asia pada Ahad, 26 Juli 2020.
Kementerian juga mengatakan,”Warga Singapura diharapkan mengikuti aturan hukum yang berlaku di negara tempatnya berada. Saat ini, pemerintah Singapura memberikan bantuan konsuler kepada Yeo.
Pada Jumat, 24 Juli 2020, Yeo mengaku bersalah karena menggunakan bisnis konsultasi palsu di AS untuk merekrut pegawai pemerintah dan militer yang memiliki informasi penting.
Informasi orang dalam itu akan diberikan kepada petugas intelijen Cina, yang menyuruhnya seperti dilansir Reuters.
Yeo mengaku bersalah dalam sidang teleconference yang digelar di Distrik Columia terkait bekerja untuk kepentingan agen asing.
Dalam pengakuannya, Yeo mengakui telah bekerja untuk intelijen Cina antara 2015 – 2019. Tugasnya adalah mencari orang-orang yang memiliki akses informasi internal penting di dalam pemerintahan Amerika dan militernya.
Salah satunya ada informasi dari seorang warga sipil yang bekerja di Angkatan Udara AS pada proyek pesawat jet tempur generasi kelima F-35B.
Dia juga mendapat informasi soal penarikan pasukan AS dari Afganistan, yang diperoleh dari seorang pegawai Pentagon.
Yeo juga mendapatkan informasi dari pegawai di kemenlu AS soal seorang anggota kabinet.
Yeo mulai bekerja untuk intelijen Cina saat dia pergi ke sana untuk mempresentasikan informasi soal situasi politik di Asia Tenggara.
Saat itu, Yeo sedang belajar untuk mendapatkan gelar Phd dari National University of Singapore.
Setelah presentasinya, Yeo direkrut oleh sejumlah individu yang mengaku bekerja di lembaga pemikir Cina. Mereka menawarkan Yeo sejumlah uang untuk analisis laporan politik.
(tempo/PARADE.ID)