Jakarta (PARADE.ID)- Wakil Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama & LAKPESDAM PW NU Jawa Timur, Ahmaz Zainul Hamdi menyampaikan bahwa informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ada sembilan perguruan top di Indonesia yang terpapar paham ideologi dan gerakan radikalisme.
“Radikalisasi di perguruan tinggi terjadi itu adalah ketika kelompok Masyumi atau sekelompok orang yang cara beragamanya puritanis, di mana Natsir mencurahkan tenaganya dengan membuat Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) yang targetnya adalah masjid-masjid kampus,” katanya, kemarin, dalam webinar yang berjudul “Menjaga Pancasila dari Bahaya Propaganda Komunisme dan Khilafah”.
“Kelompok ini sejak awal membawa gagasan-gagasan Abu Al’A’la Al-Maududi dan Ikhwanul Muslimin,” sambungnya, di acara yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Se-Indonesia (FKMTHI Prov. Jawa Timur bekerjasama dengan Yayasan Bina Bangsa Indonesia (BBI).
Dalam risetnya, ia mengatakan ada sebuah kampus top di Yogyakarta, di mana markas mereka ada di masjid dan sudah lama menjadi wilayah. Tetapi tidak disentuh oleh pihak rektorat. Sehingga masjid wilayah suaka.
“Di masjid ini kalau tidak IM, Tarbiyah atua HTI. Mereka menjadikan basis untuk menggalang massa. Dan bahkan kos-kosan di sekitarnya ‘ter-blok’ menjadi semacam ‘pesantren’ tempat bidikan kaum Salafi,” kata dia lagi.
Sementara itu Ketua Umum WASHATI, Fauzan Amin seperti mengamini apa yang disampaikan oleh Zainul, bahwa mereka-mereka juga masuk ke masjid-masjid, tak terkecuali masjid lembaga negara. Mereka disebut Fauzan anti-negara tapi mengambil uang-uang yang dikelola negara.
“Jangan sampai kita teriak-teriak anti kelompok kanan tetapi tidak turun ke lapangan seperti terlibat aktif di pos-pos tempat mereka menabur benih,” katanya, di acara yang sama.
Selain itu, pembicara lainnya, yakni Makmun Rasyid selaku Founder Media Sangkhalifah.co dan Ketua Yayasan Bina Bangsa ISNU mengatakan bahwa adalah kelompok mereka yang membangkitkan narasi-narasi masa lalu dilakukan sembari membuat ketakutan di masyarakat tentang bahaya komunisme dan PKI.
“Ini dilakukan kelompok HTI agar gagasan khilafah tidak disentuh oleh pihak-pihak di luarnya. Tapi bagi saya, baik komunisme, PKI dan khilafah sama-sama terlarang dan berbahaya,” kata dia.
Organisasi HTI sendiri sudah dibubarkan. Namun dinilai tidak terlarang oleh Negara. Berbeda dengan komunisme (PKI), selain dibubarkan juga terlarang di Indonesia.
(Verry/PARADE.ID)