Jakarta (PARADE.ID)- Koordinator Pusat BEM SI Kerakyatan, Abdul Kholik mengatakan bahwa rezim saat ini semakim di luar jalur (konstitusi). Hal itu ia sampaikan ketika menjadi salah satu orator di aksi hari ini, Kamis (21/4/2022), di silang Monas atau patung kuda, Jakarta.
“Maka kita sebagai mahasiswa sudah wajib dan mengingatkan atas kegagalan rezim ini. Rezim yang sudah tak mau mendengar ini, maka kita tuntaskan dan menuntut Jokowi agar menolak tiga periode,” demikian salah sat isu atau tuntutan yang dibawa.
Untuk hal itu, ia mengajak seluruh mahasiswa bergandengan tangan merespons isu-isu yang ada saat ini selain itu. Hal itu, katanya, sampai rezim Jokowi-Ma’ruf mendengarnya, seperti pengusutan dugaan pelanggaran HAM.
“Hentikan represifitas terhadap warga, seperti di warga Wadas. Maan itu HAM yang sudah dijawab oleh Jokowi? Malah yang ada ditambah,” pintanya tegas.
Perwakilan mahasiswa dari UBK, Beta juga mengajak kepada massa atau mahasiswa dalam aksi tadi hal yang hampir senada. Ia mengajak agar mahasiswa menyampaikan protes kepada pemerintah, karena kondisi saat ini tidak sedang baik-baik saja.
“Saat ini tengah terjadi krisis ekonomi. Rakyat tidak diperhatikan dan tidak diakomodir kepentingannya,” katanya.
“Jika hari ini misal BBM tidak mampu turunkan harganya, maka revolusi akan terjadi pada hari ini. Sikap mahasiswa tetap sama: membela kaum yang lemah dan tertindas,” sambungnya.
Mestinya, kata dia, Negara adalah (hadir) untuk rakyat. Gunakan sebagaimana mestinya (konstitusi yang ada).
Negara/pemerintah juga adalah pelayan rakyat. Maka kata dia harusnya taat konstitusi.
“Di situasi ekonomi yang belum membaik, muncul penundaan pemilu dan perpanjangan presiden, dan dia telah melecehkan konstitusi sendiri. Jokowi-Ma’ruf tidak taat konstitusi,” katanya berapi-api.
Bukan hanya itu saja, katanya. Tapi juga ada ruang demokrasi yang dibungkam oleh pemerintah dan juga oleh kampus.
“Apa kita hanya diam saja? Sampaikan bahwa mereka gagal,” tekannya.
Massa aksi ingin bertemu Jokowi. Tapi, jalan ke istana diblokade oleh aparat kepolisian. Niha, Wapres Mahasiswa dari Trisaksi yang mengatakan demikian.
“Kami ingin bertemu Presiden. Maka dari itu kami ingin ke istana. Tapi kami malah disambut kawat berduri. Mau sampai kapan aspirasi kami dibatasi. Ini adalah kritisi kita, sebagaimana yang diinginkan oleh pemerintah,” katanya, di hadapan ratusan mahasiswa.
“Aksi kami damai. Di mana hak kita (mahasiswa) sebagai penyambung aspirasi? Ini bukan pengamanan. Ini pembatasan,” ia melanjutkan.
Padahal kita, kata dia, hari ini membawa tuntutan kepada pemimpin tertinggi di negeri ini, kepada Jokowi.
“Kita takkan menarik mundur barisan jika kita tidak bertemu dengan petinggi negeri ini. Sebagai informasi, Presiden sedang ada di luar kota,” ia menekan.
Ada tujuh tuntutan yang dibawa oleh aksi massa mahasiswa. Pertama, menuntut penindakan tegas para penjahat konstitusi dan tolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden.
Kedia, menuntut agar diturunkannya harga kebutuhan pokok dan atasi ketimpangan ekonomi. Ketida, menindaktegas segala tindakan represif terhadap masyrakat sipil dengan mekanisme yang ketat dan tidak diskriminatif.
Keempat, massa aksi meminta agar diwujudkan pendidikan ilmiah, gratis, dan demokratis. Kelima, menuntut agar disahkannya RUU pro rakyat, menolak RUU pro oligarki.
Keenam, menuntut agar mewujudkan reforma agraria sejati. Dan terakhir, menuntut agar diuntaskannya seluruh pelanggaran HAM.
(Rob/PARADE.ID)